Hellboy Pointer Oktober 2018 | Simphony Rimbaku
RSS

Menembus Belantara Borneo Bukit Raya 2278 Mdpl

Bukit Raya atau Gunung Raya merupakan gunung tertinggi di Kalimantan yang masuk dalam wilayah Indonesia. Gunung ini terletak di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, memiliki puncak yang bernama puncak Kakam dengan ketinggian 2278 Mdpl. Bukit Raya termasuk dalam salah satu gunung yang merupakan rangkaian 7 gunung tertinggi di Indonesia (Seven Summits Of Indonesia) yang mewakili gunung-gunung di Pulau Kalimantan dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, dimana Taman Nasional ini menjadi salah satu bagian dari jajaran pegunungan Muller-Schwaner. Diantara gunung tertinggi lainnya Bukit Raya menjadi gunung yang jarang didaki dan termahal setelah Gunung Cartenz Pyramid di Papua, Ini disebabkan karena letaknya yang sangat terpencil dan juga memerlukan berbagai Moda Transportasi untuk sampai ke kaki gunungnya.


Akses ke Bukit Raya

Untuk menuju kesini ada dua jalur pendakian dengan provinsi yang berbeda :

* jalur pendakian pertama terletak di Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah 

* jalur yang kedua terletak di Rantau Malam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pendakian dengan jalur ini butuh waktu 10 Hari PP (Normal) dari kota Pontianak.Jalur ini lebih sering digunakan dibandingkan jalur kasongan karena informasinya lebih jelas dan transportasi yang digunakan lebih mudah didapatkan.

Pasca resign dari kantor saya menerima ajakan untuk gabung dalam trip Bukit Raya dari sahabat yang berdomisili di Pontianak, dia adalah perempuan tangguh yang juga summiters perempuan ke-2 di Indonesia. Dengan sangat senang saya menerima ajakan ini dan tentunya dengan sangat bersemangat menggarap hal-hal yang berhubungan dengan trip tersebut.

Bukit Raya merupakan perjalanan yang sangat asiik dan menyenangkan buat saya, berbeda dengan gunung-gunung yang pernah kudaki sebelumnya karena untuk menuju gunung ini sarana transportasi sangat lengkap, harus ditempuh lewat udara, darat, dan air yakni dengan pesawat, bus, ojek/motor, speedboat, dan longboat dengan jarak tempuh yang lumayan jauh. Pendakian kali ini mempunyai tantangan tersendiri buatku karena ini adalah trip dimana saya mendaki bersama orang-orang yang baru  kenal dan sendiri yang paling ganteng uppzz.. maksudnya aku sendiri cewek dan rekanku 3 orang cowok dengan usia yang lebih muda dan postur tubuh yang tinggi, tentunya butuh power yang lebih untuk bisa mengimbangi langkah mereka.


Tanggal 1- 2 Desember 2017 Pontianak – Naga Pinoh - Serawai
18.30 - 19.15 Setelah belanja logistik tim (sekitar 2 juta lebih) dan  packing barang, kamipun berangkat, start dari sekret Mapala Untan setelah sholat magrib, Kak Henny dkk. mengantarkan kami sampai ke terminal bus pemberangkatan  menuju Naga Pinoh. Kami menggunakan grab (sekret-terminal dengan tarif 20 ribu )sedang beberapa teman lain menggunakan motor.
19.18 – 04.25 Setelah tim kami lengkap bus pun berangkat meninggalkan kota pontianak menuju Naga Pinoh. Kami  menggunakan bus damri No. 8 dengan biaya 170 ribu/org. Saya dan yang lain masih tahap perkenalan, namun seperti biasa bawaannya tidakenakan dan kurang cepat akrab, tapi saya berusaha untuk bisa bawa diri dan sebisanya untuk akrab dengan mereka (Tim). Kami tiba di pinoh dinihari, setelah adzan subuh. Kabut menyambut kedatangan kami di terminal bus damri, disana pula kami kenal dengan pak uban, tukang ojek yang mengantarkan kami ke terminal speed dan kemudian ke Taman Nasional untuk melapor Simaksi (biaya simaksi untuk kami berempat 180 ribu). Setelah melapor kami balik ke terminal speed (biaya ojek 50 ribu/org dari terminal bus damri-terminal speed-kantor taman nasional-terminal speed). Kami berangkat ke serawai mengarungi sungai Melawi sekitar pukul 10.20 dengan speed pak Apen sedikit kesiangan berangkatnya karena pak Apen masih menunggu temannya, target  4 jam perjalanan dari pinoh-serawai berarti pukul 14.20 akan tiba di serawai karena longboat sudah menunggu kami disana, Namun perjalanan tak selalu mulus seperti yang kita harapkan, selama perjalanan speed pak Apen sering mati  bahkan setelah tiba di mentatai speed tersebut kehabisan bahan bakar/Mogok. Kamipun terhenti ditengah sungai, kalau dipikir-pikir ngeri juga yaa beberapa kali speed tiba-tiba mati dan terhenti ditengah sungai dengan muatan yang cukup berat dan pak Apen cukup lihai beberapa kali berjalan dipinggiran speed hingga speed bergoyang,tapi entah kenapa tidak ada sedikitpun rasa takut pada saat itu dan saya hanya terfokus sama waktu yaaa karena longboat telah menantikan kami disana.Pada pukul 14.45 dengan harap2 cemas saya menghubungi pak Tory pemilik longboat yang akan mengantarkan kami ke Rantau Malam menjelaskan kalau speedboat kami bermasalah dan mohon untuk ditunggu, beliau mengerti dan akan menunggu kami sampai pukul 16.00 sore.Kami menunggu pertolongan dari speed lain berharap ada bahan bakar untuk speed yang kami tumpangi, cukup membahayakan juga kalau speed bertengger ditengah sungai untuk itu pak apen membawa speedboat menepi dengan menggunakan dayung, Setelah 45 menit menunggu akhirnya bantuan datang dan pada pukul 15.35 kami baru melanjutkan perjalanan menuju serawai walaupun lega karena bantuan telah datang tapi perasaan tetap cemas karena takut perjalanan ke serawai tertunda.Kamipun tiba sekitar pukul 16.10 dan kami segera bergegas turun dari speed, sayapun segera menyelesaikan pembayaran speed pada pak Apen (Biaya Speed Carter 2,5 juta pp) setelah itu baru saya menemui pak tori pemilik longboat, tapi apa yang terjadi karena kami tiba sudah lewat pukul 16.00 dia  memutuskan kalau kami tidak bisa melanjutkan perjalanan sore itu karena terlalu beresiko jika kami dapat malam diperjalanan, suka tidak suka kami harus terima keputusan pak Tori karena itu semua demi keselamatan kami juga, kamipun  menginap semalam di serawai tepatnya di lanting LIM, disana kami berjumpa dengan Bang Toni petugas TN yang akan bantu mengarahkan kami selama kami di Rantau Malam/Remukoi.


Speed yang kami gunakan

Tanggal 3 Desember 2017 Serawai – Rantau Malam - Remukoi

Target berangkat kami dengan menggunakan longboat Charter dengan biaya 2,5 juta ke Rantau yakni pukul 06.00 pagi, Sayapun bangun jam 04.00, setelah sholat subuh packingan kurapikan kembali karena kuliat di kamar sebelah teman-teman cowok masih tidur pulas, aku mandi dan packing-packing kembali ternyata diluar dugaan teman-teman sudah siap begitu bangun tidur mereka langsung kedepan sementara saya masih packing, akhirnya saya packing buru2 karena malu ditungguin sama mereka. Setelah selesai packing sayapun gabung kedepan dan membereskan tagihan untuk penginapan kami dengan biaya 40 ribu/kamar/malam. Setelah semua beres ternyata kami juga masih tetap harus menunggu dari pihak pemilik longboat dan Orang TN sehingga pemberangkatan kami sekitar pukul 07.10 perjalanan dengan menggunakan Longboat dimulai kali ini tempatnya luas bisa leluasa bergerak dan beraktivitas, kami bisa sarapan, menulis, tidur-tiduran juga bisa sambil ambil gambar, tidak seperti perjalanan speed kemarin. 


Long Boat yang kami gunakan

Pulau tempat kami mampir


Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah, hangatnya sinar mentari pagi dan angin sepoi-sepoi yang membuatku begitu menikmati perjalanan ini, serasa hilang semua yang membebani pikiran, ada kedamaian disana, dan tak terasa kami telah 4 jam diperjalanan, waktu telah menunjukkan pukul 11.05 ketika kami tiba di Rantau Malam, Saya dan Pak Toni segera turun dari longboat dan bergegas menemui bu Ivon salah satu  petugas TN yang stay di Rantau Malam saat itu.Saya berusaha membujuk bu Ivon agar upacara adat bisa dipercepat dan kami bisa langsung melanjutkan perjalanan mengingat kami telah terlambat kemarin disebabkan oleh speed yang bermasalah tapi dengan sangat menyesal bu Ivon tidak bisa bantu karena bapak adat sedang keluar dan dia baru pulang malam nanti, faktor kedua pak porter belum ada yang siap karena mereka masih dikebun dan juga adanya aturan baru soal porter.Dengan sedikit kecewa saya beranjak meninggalkan bu Ivon tapi saya menyempatkan untuk bertemu dengan pak Pendi porter andalan kak Henny yang sudah dianggap seperti kakak, Saya bertemu dengan pak Pendi dan keluarganya namun keadaan beliau kurang sehat dan tidak bisa mengantarkan kami, doa terbaik buat pak Pendi semoga beliau lekas sembuh. Setelah itu saya kembali ke Longboat mau tak mau kami harus menginap semalam dikaki gunung, Pak Tori mengantarkan kami kesalah satu homestay di Remukoi. Kami istirahat sejenak lalu saya juga berdiskusi bersama ibu pemilik homestay mengenai persiapan upacara adat dimana persyaratannya yakni dengan mempersiapkan seekor ayam (harga perkilo 65 ribu)gelang dari bapak adat (harga 10 ribu/buah), arak (25 ribu), Biaya upacara adat (200 ribu), biaya homestay (100 ribu/malam) dan biaya-biaya lainnya , malampun tiba Pak kepala Adat dan beberapa porter datang menemui kami berdiskusi dengan kepala porter malam itu, saya tetap meminta sesuai amanah kak Hen yakni 1 porter dan 1 orang teman kami bantu bawa sebagian barang namun mereka tetap bertahan dan komitmen dengan aturan yang sudah mereka sepakati hingga mau tidak mau saya harus ikut dengan ketetapan mereka yakni menggunakan 2 porter dengan biaya 1.050.000,-/porter paket 6 hari jika lebih dari itu akan kena cas sedangkan jika lebih cepat dari 6 hari tidak akan berpengaruh apa-apa. Karena budget kami minim pak Toni sebagai pihak TN memberikan kami solusi untuk lewat jalur lintang tanpa menggunakan ojek dan kami menyepakati . Biasanya para pendaki menggunakan jalur Korong HP dengan jalur menanjak dan terbuka, untuk menghemat waktu dan tenaga biasanya mereka menggunakan ojek dengan tarif 75 ribu/org.

Jalan setelah penyebrangan basah




Perjalanan menuju pos 2 "Jalur Lintang"


Jalur Lintang Bukit Raya


Tanggal 4 Desember 2017 Remukoi – Pos 4 (Sungai Mangan)

Bangun sepagi mungkin menyiapkan sarapan dan bekal untuk makan siang nanti. Tepat pukul 07.05 porterpun datang dan kami segera mempercepat pergerakan agar bisa segera berangkat.
08.40 – 15.40 Setelah packingan selesai kamipun berangkat meninggalkan dusun Remukoi dan mulai berjalan mengikuti jalan setapak yang masih landai. Kami menggunakan jalur lintang, pada jalur ini kami mendapatkan penyebrangan basah 1x dengan kedalaman yang lumayan buatku yakni sepinggang berbeda dengan mereka yang posturnya tinggi2 mungkin Cuma sepaha/selutut, yang biasanya pada penyebrangan basah saya sedikit takut karena pernah ada trauma tapi kali ini harus mandiri berjalan sendiri meski sangat pelan dan hati-hati, yaa perlahan tapi pasti ada pak Senin menunggui memantau saya dari belakang. Setelah penyebrangan basah sepatu aku kenakan kembali dan segera susul mereka yang menunggu ditempat yang teduh. Perjalanan kami lanjutkan menyusuri sungai   dengan jalur yang masih landai dan suasana yang masih adem. Pak Budi berusaha motong jalur untung menghindari penyebrangan basah hingga kami melewati hutan yang masih sangat rapat, Menembus Belantara Borneo dengan jalur sedikit tertutup karena menurut pak budi ke bukit raya dengan menggunakan jalur lintang ini adalah jalur lama yang sudah sekitar 6 tahun tidak pernah dilalui pendaki meskipun sebenarnya ini adalah jalur resmi dari TN. Bukit Raya masih sangat lestari dan terjaga flora dan faunanya yaaa mungkin karena gunung ini jarang dijamah oleh pendaki. Sambil memperhatikan kiri dan kanan saya berjalan juga sambil mendengar cerita pak Budi/porter, sesekali langkahku terhenti ketika pak Budi meminta parang untuk kembali membuka jalur yang memang sudah tertutup lalu kembali mendengarkan cerita Pak Budi karena saya berjalan rapat dan pas dibelakang beliau, kemudian tiba2 pak budi singgah beliau meletakkan carrier menyuruh kami istirahat dan beliau berusaha mencari jalur, yaaaa sedikit ada kekhawatiran bagaimana kalau kami nyasar tapi saya percaya kalau porter tersebut tidak akan bawa kami nyasar karena dari ceritanya beliau juga sering berburu dan saya yakin dengan insting yang dimilikinya.  Benar saja tidak lama setelah itu pak Budi kembali kemudian mengenakan carriernya, kamipun melanjutkan perjalanan mengikuti langkahnya dan aku selalu stay dibelakang beliau, ketika dia butuh parang untuk buka jalur aku slalu siap dibelakang beliau dan mengambilkan parang dari carriernya dan juga ketika pohon- pohon yang begitu rapat kadang membuat cariernya nyangkut saya akan bantu dari belakang. Seperti itulah aktifitas hari pertama perjalanan hingga perasaan lega ketika kami tiba di pos 2  jalur lintang tanpa melewati pos 1 ini berarti pak Budi berhasil mendapatkan jalur yang lebih cepat. Disekitar pos ini Nampak sebuah bangunan yang sudah hampir rubuh dan tidak jauh dari bangunan terdapat sumber air, Disinilah kami beristirahat dan makan siang, kamipun buka bekal makanan  tapi bapak-bapak porter yang hari pertama kami harap bawa bekal ternyata tidak bawa daripada pak porter kelaparan aku kasih jatah makanku saja sama mereka yang katanya cukup buat berdua, tak apalah aku Cuma ngemil ayam goreng saja, kasian pak porter bebannya berat-berat.  Sekitar pukul 13.10 packingan sudah beres dan kami kembali bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 13.15 aku kembali berjalan mengikuti langkah pak Budi, pak porter ini berjalan cukup cepat dengan beban seberat itu, dia berjalan tak pernah singgah-singgah dengan derap langkah yang cukup cepat meskipun pada medan yang nanjak tapi aku berusaha mengikuti irama langkahnya. Sesekali kami beristirahat sambil menunggu teman-teman lainnya. Setelah beristirahat kadang pak budi membakar rokoknya dan beliau merokok sambil berjalan sampai aku beri gelar pada beliau kereta api berjalan, meskipun saya sesak dengan asap rokok tapi mau apalagi saya berjalan dibelakang beliau kadang-kadang harus nikmati juga asapnya tapi sebisa mungkin saya hindari dengan jaga jarak perjalanan saat beliau merokok. Akhirnya kami tiba di pos 3 antara jalur lintang dan jalur Korong Hp. Kami kembali beristirahat sejenak disana, lalu melanjutkan perjalanan menuju pos 4 (Camp I). Kami tiba di pos 4 sekitar pukul 16.05, setiba disana pak porter mengeluarkan semua barang dari carrier porter yang lain mengambil air, bang nazir dan bang gondes pasang tenda dan saya siap-siap untuk buat air panas, yaaapp hari pertama kopi yang saya buat mungkin sedikit hambar sampai tidak habis tapi setelah itu saya mmpersilahkan mereka buat kopi sesuai selera. Saya lanjut masak nasi dan opor ayam untuk makan malam. Dengan kondisi yang lelah pada pendakian hari pertama makan terasa nikmat malam itu, Setelah selesai makan kamipun masuk tenda dan beristirahat, namun tiba-tiba hujan turun mengguyur tenda kami, uppzz ternyata air tembus dan merembes ke tenda saya yang merasa kecapean tertidur pulas dan tidak menyadari kalau dua rekan kami tidak tidur karena air masuk ke tenda, maaf yaaa abang2 lagian saking nyenyaknya tertidur sampai ngorok kata bang reza, jadi malu banget.



Pos 3 Jalur Korong HP dan Jalur Lintang



Tanggal 5 Desember 2017 Pos 4 (Sungai Mangan) – Pos 7 (Linang)

Pagi menyambut kami di pos 4 saya terbangun mendengar suara dari pak porter, membuka tirai tenda dan melihat kondisi teman yang tidur dengan posisi miring karena tenda masuk air. Saya segera keluar dari tenda kemudian gabung dengan pak porter yang saat itu sedang masak air, setelah air mendidih saya membuat teh dan kopi yang dibuat oleh pak porter bukan aku karena takut seperti kemarin kopinya hambar lagi,  lalu kembali masak nasi untuk sarapan dan untuk makan siang, menu pagi itu ayam goreng dan sup, hari pertama saya masak nasi untuk pagi dan siang tetapi ternyata tidak cukup dikarenakan pak porter tidak tahu kalau makanan yang aku buat sekaligus buat jatah makan siang dan akupun tak tahu porsi makan porter, Sisa makanan kami packing dan untuk kekurangannya kami akan tambahkan dengan indomie.  
Pukul 08.40 kami berangkat meninggalkan pos 4 (sungai mangan) menuju Pos 7. Pada perjalanan inilah adventure bukit raya yang sebenarnya. Jalur bervariasi tanjakan dan penurunan namun disini kami harus kejar-kejaran sama pacet. Disepanjang jalan dari pos 4 menuju pos 5 pacet menjadi hiburan kami, kadang-kadang kami singgah sejenak untuk menghilangkan pacet-pacet itu sambil menunggu teman-teman yang lainnya. Jarak antara pos 4 dan pos 5 cukup jauh kami berjalan sekitar 4 jam dan tiba di pos 5 sekitar pukul 12.oo siang hari kami memutuskan untuk istirahat dan  makan siang disana sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos7.  Pos 5 atau Hulu Rabang tempat ini cukup luas dan nyaman untuk camp tapi kami harus beranjak untuk meninggalkan tempat ini menuju pos 7 target camp kami selanjutnya.

Pos 5 Bukit Raya

Disepanjang perjalanan menuju pos 6 kami melewati sebuah tanjakan lalu jalan setapak yang kemudian melalui penurunan yang curam ke sebuah lembah diteruskan dengan menyebrangi sungai yang lebih besar dari sebelumnya. Sepertinya pada jalur ini pacet-pacet sangat bahagia menyambut kami mereka berkeliaran disekitar sepatu dan kaki tapi saya cuek saja dan terus mengikuti langkah pak budi nanti ketika pak budi singgah membersihkan kakinya dari pacet baru aku juga singgah untuk periksa diri dan menyemprot pacet – pacet itu dengan soffel bahkan saking semangatnya menyemprot saya harus singgah dijalan karena sepatu tiba-tiba terasa longgar tau-tau soffel tersebut membuat tali spatuku putus, untunglah tali yang putus masih panjang dan masih bisa digunakan walau sisa sepotong, segera kupasang kembali sisa tali tersebut sambil menunggu teman yang lain. Kami sempat diguyur hujan diperjalanan menuju pos 6 tapi kami tetap menikmati perjalanan hingga kami tiba dipos 6 beristirahat sejenak sambil bersih-bersih. Karena perjalanan kali ini saya sendiri perempuan maka saya minta tolong pada teman untuk periksa pacet pada bagian belakang , kata teman aman tapi ketika mengangkat ringbag tau-taunya dibajuku sudah ada noda darah pada bagian perut yaaaa pacetnya nakal dia menyusup sampai diperut mana bajunya putih lagi, tapi tak apalah inilah serunya perjalanan ke BR. Karena waktu jelang sore kamipun segera lanjut perjalanan menuju pos 7, perjalanan hari ini terasa sangat panjang hari semakin sore dan perjalananpun semakin nanjak disini kami harus berjalan tanpa henti, karna ketika berhenti lama maka pacet akan menyerbu kita, saya berusaha mengejar langkah pak budi hingga kami tiba di pos bayangan dan disana kami kembali beristirahat sejenak sambil menunggu kawan lainnya. Di pos bayangan ini rasa lapar sudah mulai terasa , buah kurma rasanya tidak mempan untuk jadi pengganjal sementara makanya kukeluarkan susu sachet dan menuangnya dibotol air berharap bisa menjadi penghilang lapar dan sebagai asupan kalori biar saya bisa kembali mengikuti derap langkah pak budi yang lumayan cepat. Dan Alhamdulilah sekitar pukul 17.20 akhirnya kami tiba dipos 7 ditempat ini kami disambut gerimis hujan yang tak lama kemudian menjadi hujan deras bang nasir dan bang gondez memasang tenda dibantu pula sama pak budi(porter) saya, reza dan pak senin membantu yang lain sebisa kami seperti memegang tenda terpal untuk melindungi tenda yang sedang dipasang dan juga mengamankan barang-barang agar terlindung dari hujan yang lumayan deras sore itu hingga malampun tiba dan tenda telah terpasang, kondisi kami malam itu basah kuyup, bahkan salah seorang teman kedinginan dan sudah kena gejala hipo katanya. Saya senyum-senyum saja, sayapun kedinginan tapi saya masih bisa menahan sambil menunggu kawan lain berganti pakaian saya bahkan ingin lanjut masak sebelum ganti pakaian akan tetapi kondisi tidak memungkinkan karena takut diserang pacet maka kuputuskan untuk ganti pakaian dulu. Setelah ganti pakaian tentu saja muncul rasa geli dengan kondisi yang masih hujan, basah diluar tenda banyak pacet dan serangga tapi saya harus masak malam itu,pastinya teman-teman sangat lelah dan lapar. Sayapun keluar tenda melawan rasa malas dan rasa jijik dari pacet dengan bermodalkan headlamp dan minyak kayu putih. Saya membersihkan tempat yang akan saya tempati untuk masak dengan bantuan pak budi kompor terpasang dan pak senin menyiapkan semua logistic disekitarku. Saya mempersilahkan mereka semua masuk tenda dan membiarkan saya sendiri diluar untuk masak. Malam itu saya mulai masak nasi dengan kompor yang satu dan kompor yang lainnya kugunakan untuk masak kacang ijo (bekal sarapan besok) dan lauk yakni sup dan telur dadar yang cukup simple malam itu karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk berkreasi sebab 1 ekor pacet berhasil menyusup dipunggungku dengan minyak kayuputih saya menyingkirkannya, dan saya tidak lagi jijik sama pacet malam itu, tawon beterbangan disekitarku ada juga belalang yang tak henti mengganggu sampai headlamp kumatikan biar serangga tersebut tak lagi mengganggu,tapi aku masaknya gimana yaaa kalau gelap? hmm tirai tenda terbuka sedikit mereka menyalakan senter dari dalam biar didepan sedikit terang. Setelah masakan selesai pak budi keluar tenda dan membantuku mendrop masakan masuk ke tenda sedang pak senin menyiapkan piring,sendok, gelas dan beres-beres dapur. Kamipun makan malam bersama dan segera beristirahat karena besok akan  melanjutkan perjalanan yakni muncak dan kembali camp di pos 7. Malam itu saya titip pesan sama teman untuk dibangunkan pukul 05.00 biar bisa cepat masak muncak sepagi mungkin.

Tanggal 6 Desember 2017 Pos 7 (Linang) – Puncak Kakam – Pos 7 (Linang)

Pagipun datang menyambut kami di pos 7 terdengar suara  teman “ bu bangun buuuuu ” meskipun masih terasa ngantuk tapi kami telah target untuk muncak sepagi mungkin akhirnya saya bangun dan segera keluar tenda untuk pipis, bersih2 kemudian masak. Seperti pagi sebelumnya saya buat air panas dulu lalu kemudian masak dan ternyata pagi itu sudah ada nasi yang dimasak pak budi semalam jadi saya tinggal buat lauknya dan sarapan pagi itu adalah kacang ijo yang tinggal dipanaskan karena semalam sudah dimasak. Sedang untuk makan siang saya masak sarden dan telur asin.  Setelah sarapan kami memisahkan barang-barang yang akan dibawa ke puncak termasuk makan siang dan juga kopi, gula, milo, kue bolu dan juga snack. Kami berangkat meninggalkan pos 7 menuju puncak sekitar pukul 08.00 . Perjalanan kami mulai dengan formasi seperti biasa Pak Budi didepan dan saya berjalan dibelakangnya disusul oleh kawan2 tim dan pak senin. Kami mulai nanjak diawal start bahkan sesekali kami scrambling yaaa tanjakan yang lumayan panjang dan cukup menguras tenaga tapi aku tetap semangat dan mengejar langkah pak Budi.

Menikmati Perjalanan
 
Ditengah perjalanan dimana puncak tinggal 900 meter lagi langkahku terhenti dan saya singgah beristirahat sejenak rasa lapar mulai datang pengen singgah tuk makan juga tanggung, saya berusaha mengejar langkah teman-teman yang lain dan akhirnya pukul 12 siang kami tiba di puncak kakam. Alhamdulilah akhirnya kami tiba puncak juga dan kami bisa beristirahat dan makan siang disini.




Puncak Bukit Raya



Dari puncak sekitar jam 2 siang kami segera turun kembali ke pos 7 dan tiba di pos sekitar jam 4 sore yaa kami sedikit ngebut dari puncak. Rasa lapar baru terasa setelah di camp karena di puncak tadi saya sudah tidak bisa makan siang, perut sudah menolak. Segera kucari sisa kacang hijau tadi pagi dan tinggal kutambahkan susu jadi berasa lebih enak, inilah pengganti makan siangku. setelah itu siap-siap lagi tuk masak buat makan malam, yaaa harus makan enak untuk memulihkan staminaa.


Tanggal 7 Desember 2017  Pos 7 (Linang) - Pos IV ( Sungai Mangan )

Bangun pagi segera masak dan packing2 seperti rutinitas kemarin-kemarin setelah itu pada pukul 8.30 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 4, rasa geli dengan pacet sudah hilang perjalanan aku anggap sudah seperti biasa, sudah kebal dengan pacet-pacet di pos 7. Kamipun tiba di pos 4 sekitar pukul 15.40, istirahat sedikit menikmati segarnya air sungai mangan yang belum sempat kurasakan pada hari kemarin, lalu berkreasi dengan bahan-bahan yang ada buat kue dan juga nutrijell, habis itu baru masak nasi, dan lauk buat makan malam.


Tanggal 8 Desember Pos 4 (Sungai Mangan) - Remukoi - Serawai 

Pagi kembali datang, meski ini hari terakhir di belantara Borneo tapi kami tidak bisa santai juga karena sudah target untuk sampai ke Remukoi trus langsung lanjut ke Serawai untuk beristirahat disana. Setelah sarapan kami berangkat, kalau kemarin kami start lewat jalur Lintang kali ini kami pulang lewat jalur Korong HP biar lengkap petualangannya. Setelah berjalan kurang lebih 3 jam sampailah kami di Korong HP yaaa kami tiba disini saat matahari lagi terik-teriknya dan saya juga tidak menyangka kalau tempatnya begitu terbuka, rasa haus mulai kurasakan untung masih ada sisa nutrijell semalam, Kamipun mencari tempat yang teduh untuk beristirahat lalu membuka bekal sisa sarapan tadi. Pada pukul 12.30 kami melanjutkan perjalanan menuju Remukoi melewati jalur bebatuan yang licin penurunan yang curam dan juga tanjakan full ditengah teriknya matahari tidak terbayang kalau saya harus naik ojek pasti rasa was-was. Kami tiba di Remukoi pukul 14.30 masih ada waktu 30 menit untuk istirahat, bersih-bersih, mandi, packing lalu melanjutkan perjalanan ke Serawai karena Pak Tori sudah menunggu. Kami tiba di Serawai tepatnya di Lanting Lim sekitar pukul 17.20 disini kami jumpa dengan rombongan kak Tutet yang juga berencana ke Bukit Raya. 


Tanggal 9-10 Desember Serawai - Naga Pinoh - Pontianak  


Selama perjalanan baru pagi ini bisa sedikit santai karena speed boat akan berangkat sekitar pukul 10 nanti tapi meskipun begitu bangunnya tetap sepagi mungkin. Setelah semua beres dan bapak pemilik speedboat sudah lengkap penumpangnya kamipun kembali mengarungi sungai melawi menuju Naga Pinoh. Kami tiba siang dan ini berarti waktu masih panjang karena jadwal bus tetap saja pukul 19.00, saya sempat keliling-keliling Pinoh bersama pak Uban sebelum beli tiket bus. Akhirnya kami balik kembali ke Pontianak dan tiba subuh disana (sekret Mapala Untan). Alhamdulillah kami tiba dalam kondisi sehat.

Demikianlah kisah perjalananku Menembus Belantara Borneo "Bukit Raya" pastinya ada suka dan duka selama perjalanan. Terimakasih spesial buat Kak Henny yang selalu mensupport aku dan juga buat teman-teman Mapala Untan yang sudah menjamu kami dengan begitu bersahabat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menggapai Atap Sumatera Part 2

Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia berada pada garis 10A*45,50’ LS dan 10A*160’ BT,   statusnya masih aktif den...

Popular Posts