Hellboy Pointer Juni 2019 | Simphony Rimbaku
RSS

Natural dan Indah "Bulu Moreno"

Moment Hari Gunung Sedunia yang jatuh tepat pada tanggal 11 Desember  biasanya diperingati oleh para traveler, pendaki dan pecinta alam menjadi hari yang dijadikan titik sebagai peringatan agar semakin melestarikan dan menjaga gunung, Atas dasar ini Komunitas Perempuan Petualang - Srikandi Sulawesi hendak membuat suatu kegiatan pendakian bersama sekaligus aksi bersih, namun sebelum berkegiatan ada beberapa langkah awal yang perlu kami lakukan diantaranya adalah menentukan beberapa lokasi kemudian mengadakan survey. Salah satu tempat yang akan kami survey adalah Bulu Moreno, tempat ini masih asing, karena belum ada diantara kami yang pernah kesana, masih jarang juga pendaki yang kesana.

Bulu Moreno merupakan sebuah gunung yang memiliki ketinggian 831 Mdpl, terletak di Dusun MareMare3, Desa JanganJangan Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Kamipun berusaha mencari informasi tentang gunung ini dan mengatur rencana sebaik-baiknya, terutama persiapan buat tim yang akan turun.




Nani salah satu anggota SS menginformasikan ke saya kalau temannya pernah ke Bulu' Moreno, nani sudah bicara dan dia bersedia mengantarkan kita, Ooo baguslah ni'.. kalau begitu nanti kita infokan ke teman-teman yang lain siapa saja yang mau turun lapangan untuk survey, iye kak kata nani. Setelah menginformasikan pada anak SS lainnya beberapa orang merespon untuk ikut ke lapangan, diantaranya : Bunga, Tanti, Nisa, jadi fix 5 orang yang berangkat, kami ambil waktu hari sabtu malam karena nani dan saya kerja saat itu jadi bisanya sabtu-minggu. Kami janjian ngumpul di sekret (kost_an nisa di Antang) habis magrib, lalu sama-sama belanja dan mempersiapkan perlengkapan, planning kami tidak langsung nanjak, nginap di kaki gunung dulu, besoknya baru mendaki PP (pulang pergi). Setelah semua terpacking kami sama-sama berangkat ke rumah nani di daerah tol dekat salodong, kami jalan kesana sudah larut, pukul 22.00 melewati daerah Ba'doka yang terkenal rawan begal saat itu, tapi tak jadi pikiran kami, yang jadi pikiran saat itu cuma spirtus kok bisa kita lupa persiapkan, malam itu bunga membonceng tanti dan nisa (bonceng 3)langsung otw ke tempat nani sedang saya dibonceng sama Dion (teman bunga) masih keliling cari spirtus karena semua toko sudah tutup kami susul bunga dan yang lain, jalan begitu sunyi, hanya satu dua mobil yang melintas rasa khawatir mulai mengganggu, saya menyuruh dion untuk kebut susul motor bunga yang belum juga nampak, dan Alhamdulillah kami mendapati mereka diujung jalan Baddoka pas mau belok kiri masuk tol, lalu kami jalan beriringan menuju rumah nani yang sudah tak jauh. Tiba di rumah nani sudah pukul 22.40 kami masuk menunggu nani siap-siap lalu pamitan sama ibu bapaknya pas pada pukul 23.00, darisini kami motoran lagi sekitar dua jam menuju kaki gunung, tapi pada pertengahan jalan kulihat nani singgah dan nampak 2 orang pria disana yang berencana ikut bersama kami, mereka adalah kahar dan komodo yang akan mengantarkan kami ke Bulu Moreno, lanjut perjalanan menembus gelapnya malam menuju dusun maremare (kaki gunung moreno) pada jalanan menuju dusun kami melewati jalanan rusak dengan jalur menanjak dan menurun lalu melewati jalan setapak yang becek dan berkerikil tajam dan sedikit nanjak, pada jalur ini saya turun dan berjalan kaki teringat akan jalur penurunan jalan rusak saat saya terjatuh dulu. sayapun berjalan digelapnya malam hanya ada cahaya headlamp dan cahaya lampu motor yang sudah didepan menungguku, segera kupercepat langkahku menyusul mereka. lalu kami lanjut ke rumah pak dusun yang sudah tak jauh darisitu, suasana di perkampungan ini cukup gelap belum ada penerangan disini, mereka cuma menggunakan genset dan batas nyala cuma sampai jam 10 malam kata teman yang mengantar kami, lalu sampailah pada tangga rumah pak dusun, dia naik lebih dahulu membuka pintu rumah berupa pagar kayu lalu aku dan teman-teman lain menyusul, waktu sudah menunjukkan pukul 01.30 dinihari, apa kami langsung istirahat (tidur) ?? tidak, kami masih bercerita sambil ngemil,  Kahar yang sedikit kaget mendengar rencana kami mendaki PP menelpon temannya ancha biar pendakian besok ramai, sekalian minta diantarkan spirtus. Waktu menunjukkan pukul 03.00 ketika ancha bersama seorang kawannya muncul dan kami belum juga tertidur, spirtus yang dibawa oleh ancha segera digunakan untuk masak air lalu ngopi bareng, Setelah lelah kamipun beristirahat dan terbangun pukul 05.15.



Suasana pagi di rumah pak dusun


Siap-siap berangkat

Jalan sekitar rumah pak dusun

Kami start pukul 08.30 pagi berangkat dari rumah pak dusun melewati dusun maremare dengan jalur pengerasan yang mulai nanjak, kemudian  mulai memasuki jalan setapak melewati kebun warga lalu masuk ke canopy hutan yang sangat rapat dengan melalui jalur tanjakan dan penurunan.

start perjalanan melewati jalur pengerasan

Kami mulai melewati jalur setapak dimana kanan kiri terdapat pepohonan yang entah pohon apa namun selama perjalanan rasanya tak ada angin, terasa panas, dan membuatku sesekali meraih botol disamping daypack dan singgah sebentar sambil menunggu teman-teman dibelakang karena kami harus jalan beriringan biar tidak ada rasa khawatir diantara kami. kami terus berjalan mengikuti jalan setapak yang sebagian tertutupi daun-daun kering, kami juga melewati beberapa sumber air yang mengalir dari celah batu.



jalur penurunan yang dilewati saat awal perjalanan

hewan kecil yang kami temukan di bulu moreno


Jenis buah yang ada di sekitar jalur


Pohon coklat yang ada di jalur

Sumber air yang kami lewati

Setelah beberapa jam berjalan saya dan komodo yang berjalan didepan menemukan tempat yang cukup luas dan agak datar, kami putuskan untuk istirahat sejenak disini, sambil menunggu teman-teman lain, Bunga dan dion muncul dari kejauhan lalu mereka mengeluarkan botol besar yang berisi coca cola, saya yang tadinya merasa panas jadi sedikit adem disini apalagi dengan meneguk segelas coca-cola yang dituangkan oleh bunga, tidak biasanya loh kami mendaki membawa minuman bersoda, meski saya sangat menghindari tapi kali jadi pilihan yang tepat, tenggorokan seketika berasa plong.



Tempat kami beristirahat
Nani, kahar, ancha, tanti dan nisa tiba bersamaan dan gabung bersama kami menikmati coca cola dan camilan sambil bercerita santai. Waktu menunjukkan Pukul 11.00 saat kami memutuskan untuk lanjut kali ini kami melewati medan dengan tanjakan yang lumayan menuju pinus moreno, kami terus menanjak bersama-sama hingga mendapati sepanjang jalur yang tertutup oleh daun-daun pinus menandakan kalau kami sudah dekat. Alhamdulillah kami tiba pukul 11.20 disini, istirahat lagi menikmati pemandangan disini.

Jalan yang melipir dan sedikit nanjak





Tempat terbuka pada jalan menuju puncak


Hutan pinus moreno


Adik kakak nich





Rest sejenak menikmati udara segar yang begitu alami

Teman-teman yang mengantar kami
Daunnya unik


Suasana yang membuat kami betah berlama-lama disini

Setelah beristirahat kurang lebih 30 menit, kami melanjutkan perjalanan yang tanjakannya sudah biasa saja namun tidak landai juga, kami mempercepat langkah hingga menemukan tempat luas yang terbuka dan terdapat sumber air disini, kami berhenti sejenak kata kahar biasanya teman-teman camp disini karena lumayan datar dan ada sumber air juga, Ooo iya seandainya besok libur lagi pasti kita buat perencanaan untuk camp, sayang sekali.. yaaa lain kalilah kataku sambil menatapi jalur didepan berupa hamparan luas yang cukup menanjak, dari sini ke puncak berapa lama ? tanyaku, dia jawab yaaa 15 menitlah katanya, baiklaah kita langsung saja yuukk sambil melirik ke teman-teman yang lain, mengingat waktu yang sudah semakin siang, dan rencana PP kami, merekapun menjawab iya kak lanjut saja, lalu kami mulai berjalan lagi melalui tanjakan-tanjakan kecil menikmati hembusan angin, alhamdulillah kita dapat mendung pas perjalanan sampai di puncak.


Perjalanan menuju puncak





Dari tanjakan terakhir tampak puncak moreno berupa trenggulasi kecil diantara bebatuan yang sekitarnya terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi. Kami nikmati sejenak pemandangan sekitar puncak dengan udara segarnya, tidak lupa kami mengabadikan  moment. Kami beristirahat sambil masak buat makan siang, lalu pada pukul 14.15 kami memutuskan untuk turun kembali, pada pertengahan jalan menuju pinus kami kehujanan.



Puncak Moreno

Foto bersama di puncak







Hujan yang cukup deras menyertai kami saat perjalanan turun sesampai di pinus kami kembali melewati jalur yang sangat menanjak tadi, kali ini penurunan dan disini sangat licin, jalan jadi becek, sayapun memanfaatkan akar pohon yang cukup panjang sebagai pegangan untuk turun sampai kebawah lalu lanjut berjalan, pada pertengahan jalan saya mengkhawatirkan adik-adikku yang dibelakang, kalau bunga dan nani kan sudah biasa tapi nisa dan tanti mereka pemula itu yang menganggu pikiranku saat itu sampai saya berjalan seperti orang linglung sambil sesekali melirik kebelakang, komodo yang berjalan didepanku memperhatikan dan bertanya, kenapa kak? kita berhenti didepan yaa kalau dapat tempat rest, kita tunggu anak-anak yang dibelakang, kataku, Ooo iya kak, katanya. Akhirnya kami dapat tempat datar dan singgah, saya cerita sedikit tentang rasa khawatirku, tapi dia jawab tak usah khawatir kak mereka ada yang back up kok dibelakang, dalam hati "iya juga yaa, lagian meski pemula nisa dan tanti juga sudah sering ikut jalan bersama kami, kenapa saya harus khawatir? " tak lama kemudian bunga dan dion muncul, lalu gabung bersama kami, perasaan sudah mulai dingin, sayapun lanjut berjalan bersama komodo ketika nani dan kahar muncul dan memberi kabar kalau dibelakang baik-baik saja, Alhamdulillah. Perjalanan kembali melewati jalur pepohonan yang sangat rapat menanjak dan menurun, kalau dapat gelap disini ngeri juga yaa kataku dan komodo cuma senyum, sambil mempercepat langkah hingga kami tiba pada jalur pengerasan sekitar dusun, disini ada seekor anjing yang menyalak pada kami, aku kaget hingga tiba-tiba saja beberapa ekor anjing menyalak disekeliling kami, saya spontan melompat ke arah komodo, jangan lari kak, tenang saja katanya, sambil mengusir anjing-anjing itu, wuaaah jadi sport jantung, pendakian Alhamdulillah asik-asik saja tapi anjing-anjing itu bikin sport jantung kataku, tau nggak orang yang mau bunuh diri saja bisa kabur kalau dikejar anjing ganas, hahaa.. komodo cuma tertawa dan tak terasa kami sudah sampai di rumah pak dusun, saat waktu menunjukkan pukul 17.30, saya segera mandi. Setelah mandi teman-teman yang lain juga sudah tiba, kami segera packing kembali, dan siap-siap balik ke Makassar. Pukul 19.00 setelah ngopi, kamipun pamit sama pak dusun lalu melanjutkan perjalanan, melewati jalan setapak yang becek, kemudian jalan berbatu lalu kembali ke jalan aspal menembus gelapnya malam seperti kemarin.

Tuntas sudah Pendakian kami di Bulu Moreno dalam rangka survey. Terimakasih buat Kahar, Komodo, dkk yang telah mengantarkan kami kesana, dan juga buat teman-teman SS yang slalu kompak selama di lapangan.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ekstrim, Indah dan Memukau "Air Terjun Tersembunyi" Jeneberang

Salah satu air terjun yang pernah viral adalah "Air Terjun Tersembunyi" atau sering mereka namakan air terjun Jeneberang karena letaknya yang berada di hulu sungai Jeneberang. Air terjun ini berada tepat dibawah DAM yang telah porak poranda dihajar air bah sungai Jeneberang. Merasa tertarik saat pertama kali melihat postingan gambarnya di social media, letaknya yang berada diantara tebing yang menjulang tinggi dengan suasana alam begitu natural membuatku berangan untuk bisa main ke tempat ini, sayapun mencari informasi lewat browsing hp, rupanya air terjun ini berada di kawasan wisata Malino, kecamatan Tinggimoncong, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, namun karena waktu itu masih sibuk jadi belum fokus, beberapa bulan kemudian barulah lebih   serius mencari info karena si Sam kawan yang beberapa kali ngetrip bareng pernah kujanjikan untuk kesana dan dia menagih janji saat liburan setelah lebaran.

Untuk menuju "Air Terjun Tersembunyi" ada 2 jalur yang bisa kita lewati yakni :


  • Melalui jalur kawasan wisata Malino, kecamatan Tinggimoncong, dengan melewati air terjun Takappala dan berhenti di Jembatan Merah Punggawa D'Emba
  • Melalui jalur kecamatan Parigi yang berjarak 3 km dari pasar Saluttowa menuju desa Jonjo, desa Majannang yang juga menghubungkan Jembatan Merah.

Setelah merasa informasi telah lengkap, saya dan sam memberanikan diri berangkat berdua ke air terjun tersembunyi jeneberang meski tahu kalau jalan menuju kesana cukup ekstrim karena selain harus mengendarai motor selama 2 jam lebih kita juga harus berjalan kaki kurang lebih sejam dengan menyusuri jalan berbatu pada tepian sungai dan juga harus menyebrang sungai yang arusnya cukup kuat, tapi apapun itu kami telah siap, bukan berarti pasrah tetapi yakin kalau Allah akan selalu bersama kami.


23 Juni 2019


Sehabis sholat subuh saya sudah sibuk dengan hp, ada beberapa rencana pagi ini tapi karena semalam kondisiku kurang fit jadi tak menjanjikan rencana mana yang akan jadi, beberapa diantaranya adalah janjian jogging bersama sepupu, janjian sepedaan plus mandi di pantai bersama ponakan juga janjian ke air terjun tersembunyi bersama si Sam. Setelah lama berpikir, tak ada teriakan atau wa dari sepupu dan ponakan mengenai dua rencana tadi maka kuputuskan untuk wa si Sam, mendealkan rencana ketiga, menyuruh dia untuk segera bersiap-siap pada pukul 06.43, lalu dia balas katanya sudah selesai mandi dan sekarang lagi siap-siap, syukurlah berharap setengah delapan teng dia sudah sampai di rumah agar kami berangkatnya tidak kesiangan. Saya juga segera bersiap-siap, lalu sambil nonton menunggu kabar darinya, pukul 07.30  ada beberapa pesan masuk diantaranya pesan dari Sam yang katanya sudah otw, semoga pukul 08.00 nanti dia sudah sampai, sambil beraktivitas posisi hp standby didepanku menunggu pesan selanjutnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.08 saat membuka hp,  tak ada kabar dari Sam, perasaan mulai geregetan kok lama  perjalanannya, mulai timbul pikiran-pikiran lucu, jangan-jangan si Sam dandan kelamaan nich atau jangan sampai dia diculik pak sopir karena saat jam menunjukkan pukul 08.15 dia tak juga membalas wa_ku yang menanyakan dimana keberadaannya, rasa ngantuk mulai menyerang, kulangkahkan kaki menuju kamar tidur dan berbaring, rasanya sudah malas, saya lalu titip pesan sama ponakan kalau temanku datang bilang tante lis tidak jadi berangkat karena sudah kesiangan, 15 menit beristirahat saat hampir tertidur tiba-tiba terdengar teriakan ponakanku, tante liiiss.. temannya sudah datang, rasanya sudah malas tapi tidak enak juga sama Sam yang sudah jauh-jauh, saya kembali bersiap-siap dan menjumpai beliau dibawah seraya bercanda " aku kira kamu diculik sama sopir pete-pete sam " dia cuma tersenyum dan berkata pak sopirnya lama kak aku sih maunya juga lekas sampai, yaa sudah ayo kita berangkat sudah siang nich, padahal kalau tahu sam datangnya jam segini kan saya bisa jogging dulu bersama sepupu atau sepedaan bersama ponakan.

Pukul 08.35 Saya dan Sam berangkat dari rumah rencananya langsung cuuss biar tidak kesiangan tapi Sam bilang aku lapar kak kita mampir sarapan dulu yuuk, yaa sudah kita mampir nanti di Hertasning jawabku. 
 
Bubur ayam, Sarapan pagi kami

Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan pukul 09.32 kuperkirakan kami bisa sampai pukul 11.30 kamipun melewati perjalanan panjang yang berkelok-kelok dan kadang juga mendapati jalanan rusak  dan jalan berlubang yang tak sengaja kuinjak dan membuat paha jadi pegal, sempat mampir di jalan beli air dan kue tradisional putu cangkir, buat bekal kalau-kalau diperjalanan nanti kami kelaparan karena dari informasi yang saya dapat kita akan berjalan kaki sekitar kurang lebih sejam menuju lokasi. pukul 11.15 kami telah sampai di Kota Bunga Malino.
 
Welcome to Malino
langsung menuju jalan dengan penanda air terjun takappala (jalan poros), darisini saya kurang jelas, mampir untuk bertanya "Jembatan Merah dimana mas ? tanyaku pada penjual nyuknyang goreng yang sedang mangkal dipinggir jalan" kami diarahkan untuk keatas lagi, segera stater motor, lanjut mengikuti petunjuk mas tadi, mulai kesal saat melihat pasar Malino didepan mata, wuaah orang itu kayaknya ngerjain kita sam, kalau tak tahu harusnya bilang tak tahu saja, darisini saya kembali bertanya, rupanya kita memang sudah lewat jauh harusnya pada penanda air terjun takappala tadi (jalan poros) disitu kita masuk dan melewati air terjunnya jalannya lurus-lurus saja sampai ketemu jembatan merah, saya langsung putar balik tanpa sengaja mataku tertuju pada speedometer motor jarumnya menunjuk pada pertengahan, dalam hati kok aneh yaa biasanya setelah isi full bensin bisa irit sampai perjalanan 4 jam baru jarumnya menunjuk ke pertengahan wuaah jangan-jangan ini efek belum ganti oli mengingat minggu kemarin habis perjalanan jauh Makassar-Toraja, Toraja-Makassar, rasa itu kuabaikan sejenak karena takut kehabisan bensin saya singgah bertanya pada bapak disebuah warung pada jalan menuju air terjun takappala " pak jalan ke jembatan merah masih jauh ga yaaa? katanya masih jauh dek, kira-kira berapa menit pak? wuah bisa sampai sejam dek.. huaahhh ?? " biar lebih safety sayapun berkata pada bapak itu, pak tolong pertalite nya 1 botol, bapak itu segera mengisikan. Waktu menunjukkan pukul 11.27 saat kulirik jam yang melingkar pada tangan kiriku sambil berpikir kalau perjalanan hampir sejam berarti saya bisa dapat sejam karena bawa motornya santai akan tiba setengah satu siang kita, segera melanjutkan perjalanan kali ini agak laju, pada perjalanan kami melewati penanda air terjun takappala dan juga penanda air terjun jodoh, banyak banget air terjun disini ya kak, kata sam, saya jawab iyaa seandainya berangkat agak pagi kita bisa mampir, sambil fokus pada jalan yang berkelok-kelok dan menurun beberapa kali klakson kubunyikan karena pada jalan ini sangat sunyi namun tak lama berkendara jembatan merahnya sudah nampak, karena sedang mengendarai motor saya bertanya pada sam, jam berapa sekarang? jam 11.50 katanya tepat saat kami tiba di Jembatan Merah D'Emba, wuaahh bapak tadi juga ngerjain kita katanya hampir sejam perjalanan nyatanya tak sampai setengah jam, biar kita isi bensin kali yaaa tapi tak apalah karena pertamina di Malino juga antri, 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keindahan yang Menakjubkan "Air Terjun Parangloe"

Air Terjun Parangloe atau sering disebut air terjun Bantimurung 2 terletak di kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Konon kabarnya tempat ini dulunya adalah sebuah kampung namun karena adanya bencana longsor akhirnya berubah menjadi air terjun yang dikelilingi dengan bebatuan besar. Untuk sampai ke tempat ini butuh waktu kurang lebih 2 jam dari kota Makassar.

Sudah lama dengar tentang air terjun ini, sering lihat juga beberapa foto yang di upload oleh teman di social media, bahkan cerita mistisnyapun sudah tak asing buatku tapi tidak dengan keindahannya, pada beberapa foto yang saya lihat air terjun ini tampak indah, apakah akan sama jika kita lihat langsung ?. Beberapa kali berencana kesana tapi terkendala karena tak ada kawan dan juga belum tahu jalur menuju air terjunnya, kalau jaman sekarang tinggal browsing lalu cari sendiri lewat google map, hal itupun akan kucoba namun jika seorang diri rasanya ngeri juga, cari teman harus yang adventure karena dari artikel yang saya baca jalan kesana cukup ekstrim dan masih sarat dengan hal mistis. Pada awal tahun 2018 saya mencoba ke tempat ini bersama sahabat-sahabat alam yakni : Molyanti dan Santi, kami habis mendaki gunung latimojong kala itu, lanjut wisata bertiga dengan mengendarai motor melewati jalan poros malino dan  sampai di Inhutani (jalan masuk menuju air terjun), kami masuk mencari jalan dengan mengandalkan google map tapi tiket mbak Santi siang dan kami khawatir, takut beliau ketinggalan pesawat kamipun keluar kembali dan perjalanan gagal, rasa penasaran untuk kesana slalu ada namun belum ada kesempatan.

Setelah lebaran sepupu-sepupu libur, darisini kami bahas air terjun parangloe dan berencana kesana besok setelah sholat jumat, bersamaan dengan itu Sam juga sudah balik dari kampung, jadi ingat  janjiku untuk mengajak dia kesana, lalu kuinformasikan mengenai rencana kami besok lewat wa, wuaah kebetulan saya sudah akan pulang dan sampai makassar besok pagi kak, baiklah kalau begitu tapi ini baru rencana yaa belum pasti soalnya harus nunggu cowok (teman sepupuku) aku ga berani kalau kita-kita saja yang kesana, harus ada yang backup mengingat kita berlima cewek semua loh, siaap kak.. aku tunggu info selanjutnya kata sam. Hari berganti pagi rasa lelah masih terasa dengan perjalanan pulang pergi Makassar-Malino kemarin, habis sholat subuh saya menarik selimut kembali dan terbangun saat cahaya matahari masuk lewat jendela dan menyilaukan mata, perlahan kubuka mata yang rasanya masih seperti terlem lalu tanganku meraih hp yang tak jauh dari bantal dan melirik pada jamnya, wouww sudah pukul 09.00, mataku langsung membelalak dan berusaha untuk bangun lalu bergegas ke kamar mandi, setelah mandi kumainkan kembali hpnya, buka wa, ada chat dari Sam kalau hari ini dia langsung kerja, yaa tak apalah sam toch perginya juga belum pasti, tapi kalau Rio ( teman sepupuku ) datang kami langsung cuuss, rupanya sam ga mau ketinggalan, tidak kak saya ke rumahmu sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 saat itu, dia segera otw katanya, baiklah info saja nanti kalau kamu sudah sampai jawabku, siiaapp kak.. sekalian silaturahmi (suasana lebaran) ini aku ada bawa tape dari kampung buat kakak katanya, ok thanks yaa jangan lupa berkabar kalau sudah sampai nanti aku jemput di mesjid raya. siiaapp katanya.

Jam 11.30 lampu dihpku kedap-kedip menandakan adanya pesan wa yang masuk, segera kubuka, sudah kuduga "wa dari sam" katanya dia sudah sampai, saya langsung jemput dia di mesjid raya, setelah tiba disana saya tunjukkan rute / jalan ke rumah, biar lain waktu dia sudah tahu jalan ke rumah. Sampai di rumah kami santai sejenak sam mencicipi kue lebaran buatan adikku sedang aku mencicipi tape yang dibawanya. Setelah itu kami makan siang sambil nunggu kabar dari sepupu-sepupu, rupanya mereka juga nunggu kabar dariku dan sudah siap daritadi, saya minta waktu sebentar untuk sholat dhuhur lalu siap-siap berangkat tapi setelah semua siap salah satu sepupuku kedatangan tamu hingga kami baru berangkat dari rumah (Makassar) pada pukul 15.48 dan tiba di Inhutani pukul 16.22 kami masuk pada jalan samping inhutani melewati jalan bebatuan dan berpasir merah karena matahari bersinar terik jalannya tidak becek, sedikit menanjak lalu kami temukan percabangan disini, jalan terhenti cukup lama disini bingung hendak lurus atau belok, mau bertanya sedang tak ada satu orangpun, saya lalu turun dari motor untuk cek kedua jalur yang rupanya pada jalur lurus tembus jalan raya, ketika balik nampak si Rio yang muncul dibalik jalan, kak kita belok kanan, iyaa kataku karena jalur sini tembus jalan raya sambil jalan kearahnya.


yang lagi menunggu pada percabangan jalan


Eksis daripada bete, xixixii

Setelah tiba pada percabangan dimana motor kami terparkir, kami segera naik di motor masing-masing lalu lanjut perjalanan melewati jalan bebatuan yang kadang nanjak dan juga kadang menurun, asli hancur jalanannya, posisi motor rio didepan (boncengan sama winda) lalu dibelakangnya ada motor wiwi yang boncengan sama erlin, paling belakang motorku boncengan sama sam, pada jalanan hancur boncengan semua turun dari motor dan pengendara motor harus berjuang sampai dapat jalan yang bagus baru kami berhenti menunggu boncengan masing-masing, posisi berubah motorku jadi didepan pada jalan rusak berikutnya melewati bebatuan besar yang tajam dan sebagian jalan tanah yang berkerikil sampai didepan kudapati satu motor lagi yang ditumpangi dua orang cewek berhijab besar, mereka juga sedang berjuang melewati jalan rusak, pada posisi ini semua boncengan turun lagi dan berjalan kaki karena motor cewek berhijab tadi masih sulit melewati jalan, saya melewati mereka tak jauh darisana  sudah tampak plang penanda air terjun, terus berjuang melewati jalan berbatu dan sampai duluan di tempat parkiran motor, disini ada beberapa motor yang sedang terparkir, ada bangunan gazebo juga buat tempat istirahat, nach ada 2 orang pria yang sedang bercerita disana diantaranya seorang bapak-bapak, syukurlah saya tidak sendiri karena kawan yang dibelakang belum ada yang nampak. Sayapun bertanya pada bapak-bapak yang sedang duduk pada gazebo tersebut, "pak jalan ke air terjun mana?" bapak itu menunjuk arah kiri dari tempatku parkir motor, jauh ga pak ? yaa lumayan kata bapak itu, habis itu jaket dan helm kulepas, sambil nunggu yang dibelakang tapi yang duluan sampai cewek 2 orang yang boncengan tadi, yang mengendarai motor bertanya padaku, sampaimaki ini ? saya jawab iya sampai di tempat parkiran, dia langsung berucap Alhamdulillah. lalu sam dan erlin datang disusul oleh wiwi, winda dan rio, mereka lalu beristirahat sejenak sebelum kami lanjut berjalan kaki menuju air terjun.

Pukul 16.50 kami lanjut berjalan kaki menuju air terjun beberapa meter kedepan masih datar-datar saja lalu mulai menurun melewati jalan lebar depan ada pohon tumbang yang harus kami langkahi lalu menurun lagi naach disini kami berpapasan dengan sekelompok orang yang hendak naik diantaranya seorang cewek yang ditarik oleh cowoknya kondisinya basah dan nafasnya belum beraturan saya cuma senyum pada mereka tanpa menghentikan langkahku menuju ke bawah, lalu beberapa meter berjalan ada pohon tumbang lagi kali ini lebih besar hingga kami lewat samping, lebih aman disini ketemu lagi satu cewek yang postur tubuhnya agak gendut, pakaiannya juga basah, nampak kalau beliau habis mandi, cewek ini singgah beristirahat mengatur nafas, sayapun melempar senyum  dan basa basi bertanya pada cewek ini, mbak air terjunnya masih jauh yaa ? Ooo iyaa masih jauuh kebawah katanya, sepupu-sepupu dibelakang ikut mendengar tapi mereka tetap semangat, saya melirik kebawah darisini jalur turun sudah berupa tangga lalu tanah dengan pijakan akar pohon karena sekitar tempat ini banyak pohon-pohon tinggi, penurunannya memang cukup curam dan kami beruntung karena sedang tidak hujan, kalau hujan pastilah jalurnya jadi licin dan jadi ekstrim seperti pada beberapa artikel yang kubaca tentang air terjun ini hingga membuatku mencari teman yang tepat untuk kesini tapi Alhamdulillah perjalanan aman hingga kami sampai di air terjun.


Jalan Penurunan menuju air terjun
Ketika melihat air terjun didepan lelah langsung hilang berganti dengan semangat dan bukan cuma saya saja yang merasa demikian kulihat merekapun langsung senyum dan semangat berjalan menuju air terjun, Alhamdulillah sampai juga kita kata si wiwi. wouwww kereen skali air terjunnya kak, yaaa indah dan menakjubkan kataku. Nampak air terjun yang mengalir dari ketinggian kurang lebih 15 meter pada batu bersusun yang tertata dengan indah, Masya Allah.. tempat ini benar-benar membuatku takjub ditambah lagi suasana alamnya yang masih alami dan udara segar yang membuat kami benar-benar merasa nyaman, meski cuma ada kami dan kedua cewek tadi, tapi kami tak bisa berlama-lama karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 dan saya memperingatkan 15 menit saja yaa kita takut dapat gelap pada jalan keluar nanti karena harus berjuang lagi melewati jalan rusak, entah siapa yang jawab masih mau istirahat dulu katanya yaa 25 menitlah, ok kataku yang penting kita tak dapat gelap pada jalan keluar nanti.






Senyum ceria setelah perjalanan panjang


Keindahan yang menakjubkan "Air Terjun Parangloe"

Air tejun yang mengalir diantara batu yang tersusun indah

  



30 menit berlalu kamipun segera bergegas meninggalkan air terjun, kembali melewati jalur tadi yang saat datang menurun kali ini harus mendaki, tanjakan yang cukup lumayan buat pemula saya meninggalkan mereka dan menunggu didepan pada tempat parkiran motor segera bersiap-siap, pas mereka datang kami langsung jalan. Alhamdulillah semua aman hingga kami tiba di rumah (Makassar). Tuntas sudah perjalanan perjalanan ke "Air Terjun Parangloe" yang sudah lama kuidamkan, tak sangka kalau air terjun ini lebih indah dari yang kubayangkan. Terimakasih buat tim yang selalu kompak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Panorama Indah "Gunung Sesean"


Gunung Sesean berada pada ketinggian 2100 Mdpl terletak di desa Sesean, kecamatan Sesean Solora, Toraja Utara, dengan  waktu tempuh dari Rantepao  menuju kaki gunung sesean kurang lebih dua jam melewati jalur yang sempit dan berkelok-kelok, kadang nanjak dan kadang menurun melewati perkebunan warga dan banyak tongkonan yang merupakan rumah adat asli Toraja.

Setelah melewati perjalanan panjang Makassar- Maros- Pangkep- Barru- Pare- Sidrap- Enrekang, Terus lanjut Enrekang - Tana Toraja – Rantepao dengan menggunakan motor  sampailah kami  di Bori rumah salah seorang adik angkatan di MV bernama Asep, kami menginap dan beristirahat di rumahnya setelah mengunjungi beberapa tempat wisata di Rantepao, malam itu saya dan Sam benar-benar melepas lelah, tidur dengan lelap, dikarenakan perjalanan melelahkan seharian dari Enrekang lanjut jalan seputaran Toraja, masih ada target esok hari yakni Batu Tumonga,  Gunung Sesean dan PongTorra.


14 Juni 2019

Pukul 05.00 terdengar suara berisik yang ternyata berasal dari alarm hp Sam, dengan kondisi badan yang masih terasa lelah dan mata yang masih sulit terbuka saya berusaha meraih hp Sam dan mematikan alarm kemudian membalikkan badan dan kembali tertidur, 15 menit kemudian alarm kembali berbunyi kali ini mataku kubuka lebar, kulirik si Sam yang tidurnya benar-benar pulas, sejenak saya memperbaiki perasaan kalau istilah teman menyatukan ruh dan jasad, yaaa boleh jadi.

Setelah perasaan enakan saya segera beranjak dari tempat tidur, mengambil tas dan bergegas ke kamar mandi karena rasa pengen pipis juga daritadi sangat mengganggu. Setelah balik dari kamar mandi kulihat si Asep juga sudah bangun, saya masuk kembali ke kamar Dewi (adik Asep) tempat kami beristirahat, kulihat si Sam juga sudah bangun dan kami segera bersiap-siap, setelah semuanya beres Asep mempersilahkan kami sarapan  yang sudah daritadi dia siapkan, wuah jadi tidak enak nich sudah merepotkan dek. Kami berangkat pukul 07.35 melewati jalan yang kadang menanjak dan kadang juga penurunan, jalur yang sempit dan berkelok-kelok namun sepanjang jalan suguhan pemandangan yang sangat indah, beberapa perkebunan warga juga kami lewati. Hijau nan indah plus udara pagi yang betul-betul segar hingga menambah semangatku untuk gas motor lebih kencang menyusul Asep dan Sam yang sudah lumayan jauh didepan. Pukul 08.20 kami tiba di Batu Tumonga, tempat ini masih teringat jelas, 5 tahun lalu saya dan teman-teman kantor pernah main kesini diantar oleh Sloky (adik di MV). Kami parkir motor pada rumah Nek Botak rumah pertama disekitar batu tumonga (kaki gunung sesean), sekedar informasi buat teman-teman yang ingin ke sesean di rumah Nek Botak ada warung yang menyediakan camilan, rokok dan juga minuman buat nambah bekal naik gunung nanti, biaya parkirpun cuma 5.000,-/motor. Setelah parkir motor saya numpang pipis lalu bergegas kedepan gabung sama si Asep dan Sam.

Panorama di kaki gunung Sesean


Rumah Nek Botak, tempat kami parkir motor

Kami pamit lalu memulai perjalanan pada pukul 08.25, dari rumah nek botak kami lewat jalan aspal sekitar kurang lebih 30 meter lalu kami belok kiri dan mulai memasuki jalur yang perlahan menanjak dengan jalan setapak yang tertutupi daun-daun bambu, pada sebagian jalan agak becek jadi mesti perhatikan jalan juga, saya berjalan dibelakang Asep dan Sam berjalan dibelakangku, kami belum atur posisi karena masih mengingat-ingat jalan. Jalur semakin menanjak dan Sam mendadak berhenti mengatur nafas, maklum ini pendakian perdananya, saya cuma bisa menyemangati mengingat pendakian sesean tidak ada dalam schedule kami. Posisi berubah Asep mempersilahkan saya didepan, Sam ditengah dan dia dibelakang, sayapun berjalan didepan melewati jalur tanjakan yang kadang-kadang becek dan licin, pada percabangan jalur saya ambil kanan, maklum pendakian sudah 5 tahun lalu jadi sudah lupa-lupa ingat sampai didepan saya menemukan sebuah rumah terdengar suara air dan suara orang yang lagi menyikat, saya melewati rumah ini dan kedepan menunggu Asep dan Sam, ketika mereka datang saya dan sam istirahat sejenak sambil menunggu si Asep yang bertanya pada pemilik rumah tadi, kata ibu tadi  pada cabang jalan kita ambil kiri, kamipun putar balik tapi kami tidak turun kami menembus jalan melewati pohon-pohon bambu lalu  menemukan jalur sebenarnya, pada tanjakan ini saya teringat sama Irna salah satu dari teman kantor yang ikut ke sesean 5 tahun lalu, Irna berhenti disini dan minta kami lanjut perjalanan, apa dia pikir kami tega tinggalkan dia sendiri, cuman butuh istirahat lalu kami lanjut, uupzz jadi menghayal,  Aku lalu berhenti dan membalikkan badan, pandanganku mengarah ke Sam yang meski terlihat lelah tapi dia masih semangat, Ayoo sam sudah dekat pos 1 nya, tak jauh kami jalan menanjak akhirnya terlihat  rumah (Lempo) dari jalan tempatku berdiri , segera kupacu langkahku dan beristirahat pada sebuah lempo  yang terdekat  sambil menunggu Sam dan Asep, disini cukup ramai ada beberapa rumah dan dekat dari pos 1, belum lagi memperhatikan sekitaran tempat ini tiba-tiba anjing warga menggonggong aku kaget karena ternyata ada beberapa ekor anjing disini mereka semua kompak menggonggong, saya berusaha santai  tapi anjing-anjing itu tiba-tiba berlari bersamaan kearahku, sempat terdengar suara warga kata mereka jangan takut anjingnya tidak menggigit, wuaahh daripada konyol saya segera berdiri dari balai-balai, mampuslaah  kalau anjing-anjing itu nekat meloncati saya, Alhamdulillah mereka tidak meloncat dan beberapa warga mengusir mereka, bersamaan dengan itu Sam dan Asep muncul, mereka melihat saya yang berusaha turun dari lempo, lalu curhat soal anjing, asli gokil, orang yang mau bunuh diri saja kalau dikejar anjing ganas pasti lari, apalagi saya yang cuma berencana mendaki bukan bunuh diri, hahahaa… tidak jauh dari tempat tadi terlihat sebuah pohon dengan penanda pos 1 disebelah kiri jalur lalu disebelah kanan nampak sebuah balai-balai tempat istirahat tidak jauh darisitu ada sebuah gubuk kayu yang merupakan tempat pembelian karcis, harga per karcis 15.000,-/orang. Darisini mulai ada perubahan kami melewati jalur tangga selama beberapa menit kemudian menemukan  jalan normal kembali, kondisi jalur terbuka, darisini nampak banyak jalur tapi saya mengikuti jalan setapak didepan sambil memperhatikan tumbuhan yang ada disekitar sini meski yang saya tahu cuma pinus dan pakis, kami juga melewati beberapa batu besar bahkan sangat besar di sepanjang jalan sesekali saya singgah menunggu Sam meski dibawah teriknya sinar matahari, tak masalah juga buatku karena topi rimba dan syal  yang kukenakan benar-benar sangat membantu.

Loket pembelian karcis (pos 1)

Pos 1 Sesean
Panorama khas Sesean



Setelah  sejam lebih berjalan terdengarlah suara air dan juga suara ribut-ribut yang menandakan kalau tempat camp sudah dekat, sempat juga berpapasan dengan beberapa pendaki yang hendak turun, kami terus saja berjalan sampai akhirnya menemukan tempat camp dari suara-suara ribut tadi, nampak beberapa tenda diatas sana, Asep sudah naik duluan dan saya masih menyemangati Sam yang sedang berjalan kearahku lalu kami sama-sama naik, diatas lumayan rame, tampak  beberapa pendaki sedang beraktivitas lalu kami berjalan kearah Asep yang sedang menunggu pada sebuah batu besar, Sam beristirahat sejenak, sebelum mengikuti Asep kearah jalur yang lumayan nanjak menuju puncak sesean. Kami tiba di puncak pukul 10.15. hampir  2 jam kami berjalan. Setiba di puncak matahari menyambut dengan sinar teriknya. Kami meletakkan barang-barang, beristirahat sejenak lalu bongkar logistik tapi terik matahari membuatku kurang nyaman dan berusaha mencari tempat yang teduh, lirik kiri kanan tak juga kutemukan tempat teduh yaa sudah pasrah sajalah yang penting topi dan syalnya tidak lepas. Mendung diiringi kabut perlahan menyapa dan kami menjadi bersemangat dan memanfaatkan moment dan waktu. Setelah bosan bersama kami kabutpun pergi dan perlahan pemandangan mulai terbuka, indah bahkan sangat indah terlihat jelas hijaunya perbukitan yang mengelilingi toraja dan padatnya pemukiman warga di Rantepao yang menjadi ibukota Toraja Utara. Meski mendung dan matahari bergantian menyapa  tapi kami tetap betah berlama-lama disini, tak lama kemudian dari bawah  terdengar suara laki-laki yang teriak-teriak seperti kesurupan beberapa kali suara itu terdengar berusaha untuk tidak peduli tapi rasanya tetap saja mengganggu, mau menegur mereka juga jauh dibawah,  karena kami cuma PP  sudahlah mending manfaatkan waktu sebaik mungkin.
Puncak Sesean


My team

Panorama Sesean dari atas Puncak
Setelah 2 jam lebih di puncak kami memutuskan untuk turun tepat saat waktu pada jam ditanganku menunjukkan pukul 12.35 wita. Saya berjalan didepan mengikuti jalur penurunan tanpa harus melewati jalur tadi, kali ini kita langsung motong dan tidak melewati camp /  tenda-tenda tadi, jalur yang langsung memotong ke sekitar sumber air, rasanya lebih cepat hingga dibawah kami bisa sedikit santai menikmati panorama sesean yang benar-benar indah meski hari sudah siang, tiba dibawah/rumah nenek botak tempat kami parkir motor kulirik kembali jam sambil mengeluarkan kertas catatanku biar tidak lupa, pukul 13.45 buru-buru kucatat lari kukejar si Sam yang sedang jalan menuju kamar mandi, saya antri disana karena daritadi juga sudah kebelet pipis. Setelah itu saya pamitan lalu bergegas mengeluarkan motor, lalu berangkat menuju batu tumonga, mampir sebentar menikmati pemandangan lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah Asep.

Perjalanan turun dari pos 1








Pohon-pohon bambu sesean


Batu Tumonga



Tuntas sudah perjalananku ke gunung sesean meski tanpa direncanakan sebelumnya, selamat buat Sam yang sangat bersemangat untuk pendakian pertamanya. Terimakasih buat Asep dan keluarga yang sudah memberi tumpangan, menjamu dan mengantarkan kami ke gunung sesean yang merupakan puncak tertundaku kala itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menggapai Atap Sumatera Part 2

Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia berada pada garis 10A*45,50’ LS dan 10A*160’ BT,   statusnya masih aktif den...

Popular Posts