Hellboy Pointer 2018 | Simphony Rimbaku
RSS

Binaiya Gunung Eksotis nan Indah di Pulau Seram Mimpi yang Menjadi Nyata



Gunung Binaiya adalah gunung tertinggi di pulau Seram, Provinsi Maluku dan berada didalam kawasan Taman Nasional Manusela. Gunung ini memiliki puncak bernama waifuku dengan ketinggian 3027 Mdpl dan puncak siale dengan ketinggian 3035 Mdpl namun pendaki hanya diperkenankan untuk sampai dipuncak waifuku karena puncak tertinggi merupakan zona inti konservasi taman nasional Manusela.


Siapa sangka kalau Maluku yang berbentuk kepulauan memiliki pegunungan dengan tingkat ketinggian ekstrem. Faktanya Maluku punya Binaiya yang juga masuk dalam jajaran gunung dengan puncak tertinggi di Indonesia. Ketinggian ekstrem, treknya yang menantang menjadi daya tarik Binaya bagi para pendaki bukan Cuma itu gunung ini juga eksotis dan Indah. Jalur pendakian di gunung Binaiya ini memiliki medan yang beragam, pendaki bisa menemukan medan hutan rawa ataupun hutan dengan ekosistem pantai. Selain itu terdapat juga jalur pendakian dengan nuansa sub alpin dan juga ekosistem hutan montana. Keberadaan berbagai macam ekosistem alam tersebut menjadi tantangan tersendiri, bagi siapapun yang berhasil mencapai puncak gunung Binaiya, akan mengalami kepuasan yang akan terkenang sepanjang waktu. Gunung Binaiya biasanya sering dikunjungi pendaki yang memiliki misi pendakian Seven Summit Indonesia. 

Pendakian Binaiya adalah Mimpi yang Menjadi Nyata bagiku, bagaimana tidak sejak tahun 2012 saya sudah tertarik untuk kesana namun pada jaman itu pendakian butuh waktu sampai 12 hari sedang waktu cuti cuma maksimal 8 hari yaaah akhirnya terpendam keinginan untuk kesana, malah teman yang saya mintai info lebih dulu ke makassar (latimojong), beberapakali buat plan tapi juga gagal, dan saya sudah berpikir tidak mungkin kesana selain butuh waktu yang lama juga butuh tim dan biaya yang lumayan kala itu, Sampai akhirnya baru pada tahun 2018 bulan oktober dengan jalur baru yang lebih cepat (Piliana), impianku untuk kesana terwujud, Alhamdulillah. Terimakasih buat sahabatku Henny yang sudah komporin aku untuk ke tempat ini dan juga Santi yang rela resign dari tempat kerjanya karena racun ini, hahaaa..

29 - 30 September 2018 (Makassar - Ambon )

Meski harga tiket pesawat dan kapal laut hampir sama namun sekedar mengobati kerinduan perjalanan makassar-ambon kemarin menggunakan kapal laut, walau cuma sendiri. Lebih seru dan tentunya menambah pengalaman dan juga cerita2 yang bisa dikenang.
Saya berangkat pukul 03.40 WITA dinihari dengan packingan Carrier yang padat dan lumayan berat ditambah tandeman daypack kecil dan tentengan yang juga berat, masih terbayang betapa rempongnya hari itu (Maklum packingan tim),sayang sekali ga ada dokumentasinya. Hari masih sangat gelap kala saya harus berangkat ke pelabuhan dengan babang grab, sampai disana ada banyak sekali perubahan. Turun dari grab dengan carrier, tandeman dan tentengan yang serba berat dan rempong, saya harus berjalan agak jauh kemudian menaiki anak tangga yang lumayan melelahkan lalu masih harus berjalan lagi menuju kapal, yaaa lumayan menguras keringat dengan kondisi yang belum tidur. Setelah mendapat tempat dan posisi yang cukup bagus barulah bisa istirahat sedikit dan ga lama setelah itu terdengar suara adzan (panggilan) yang sekaligus menandakan kalau pagi segera datang.Masih banyak kisah seru selama perjalanan di kapal hingga akhirnya saya tiba tengah malam di pelabuhan ambon tanggal 30 September pukul 01.00 WIT yang tadinya prediksi jam 10 malam. Sesampai disana saya ditemani oleh 2 orang teman kenalan di kapal, mereka begitu baik menjaga dan menemani sampai saya dapat kabar dari Santi (Teman yang berangkat dari Jakarta dan sudah tiba lebih dulu)mengenai posisinya dan Alhamdulillah surprise teman-teman dari Mapala Kewang Pertanian datang menjemputku, Terimakasih yaa cacing dkk, maaf sudah repotkan kalian. 

1 Oktober 2018 (Perjalanan Pelabuhan Tulehu Ambon - Pelabuhan Amahai Masohi)
 
Selamaat pagi kota ambon... Kami bangun agak ogah-ogahan karena kondisi yang masih capek dan pengaruh begadang juga pada malam harinya, namun akhirnya kami harus melawan rasa malas dan segera bersiap-siap tapi setelah siap dengan semuanya ternyata kapal cepat pagi itu sudah berangkat dan kami harus tunggu kapal cepat yang berangkat jam 4 sore, yaaahh lumayanlah ada waktu sedikit tuk beristirahat. Kami berangkat meninggalkan sekret Kewang sekitar pukul 15.20 WIT dan Tiba di pelabuhan Tulehu mungkin sekitar pukul 16.00 WIT, yang jelasnya kami lari2 masuk ke kapal karena kapal sudah mau berangkat. Perjalanan dari pelabuhan Tulehu (Ambon) ke pelabuhan Amahai (Masohi)sekitar 2 jam dengan harga tiket 100 ribu/org. Alhamdulillah hari masih terang ketika kami tiba di Masohi, disana kami dijemput oleh Fitri salah seorang senior Mapala Kewang yang tinggal di Masohi dan juga sudah sering ke gunung Binaiya, kami diantarkan sampai ke penginapan yang berada dekat dari Ina Marina (tempat nongkrong di Masohi)

2 Oktober 2018 (Pengurusan Simaksi di Balai TN Manusela)

Selamat pagi Masohi.. Pagi itu terasa sulit tersenyum karena malam harinya begadang disebabkan oleh sakit gigi dan besoknya malah pipi bengkak sebelah namun hal ini tak boleh mematahkan semangatku, kami segera bersiap-siap karena fitri telah datang menjemput dan hendak antarkan kami ke Balai Taman Nasional Manusela untuk pengurusan simaksi, kamipun berangkat dengan menggunakan ojek pagi itu, setiba disana kami disambut dengan ramah oleh Pak Poli dan kami bercerita banyak dengannya. Mendengar cerita tentang rencana kami naik gunung binaiya cuma berdua, Pak Poli jadi prihatin karena kami cewek dan cuma berdua, kebetulan waktu itu pihak Balai Taman Nasional Manusela berencana melakukan pendakian bersama ke Binaiya dalam rangka promosi dan Alhamdulillah pak poli menawari kami untuk bergabung, meski waktunya masih beberapa hari tak apalah yang penting perjalanan kami tidak sepi. Senang sekali karena orang-orang Balai sangat baik kepada kami apalagi Pak Lucky (Kepala Seksi TN Manusela bagian Selatan) yang juga menyambut kami dengan baik. Siang itu kami jalan keliling Masohi ditemani oleh Pak Uchen tapi sebelum jalan kami urus simaksi dulu sama pak william biaya simaksi untuk berdua selama 5 hari 360 ribu rupiah, kemudian jelang Magrib kami berangkat meninggalkan kantor Balai TN Manusela menuju Tehoru namun perjalanan kami terkendala karena diperjalanan mobil rusak dan kami harus balik lagi ke Masohi, pak Lucky ganti mobil dan kami lanjut otw Tehoru sedikit kemalaman. Perjalanan Masohi-Tehoru kurang lebih 2 jam, Tehoru-Piliana juga kurang lebih 2 jam. Biasanya untuk menuju Piliana pendaki carter Mobil dengan kisaran harga 1,6 - 2 juta PP tergantung nego sama pak sopir.


 

Akses Jalur Pendakian Binaiya

Jalur pendakian Binaiya ada 2 yakni :

* Jalur Utara lewat desa kanikeh 

* Jalur Selatan lewat desa Piliana dengan waktu tempuh paling cepat 3 hari, normal 5 hari dan paling lama 1 minggu atau lebih. Biaya porter 175.000/hari.

Biasanya para pendaki yang waktunya terbatas memilih lewat jalur selatan (desa Piliana), ada juga yang memilih lintas utara selatan yakni dari desa kanikeh tembus ke piliana atau lintas selatan - utara. Untuk perjalanan kemarin kami lewat jalur selatan (Piliana).


8 Oktober 2018 (Masohi-Tehoru-Piliana)

Acara pelepasan tim tracking binaiya dalam rangka promosi 


Foto bersama tim sebelum berangkat meninggalkan Masohi

Pukul 14.35 – 15.05 Pelepasan tim “Tracking Binaiya Dalam Rangka Promosi” oleh bapak Jumrin Said, S.Hut  mewakili bapak kepala balai yang kebetulan berhalangan hadir saat itu.
16.00 – 18.30 Tim berangkat meninggalkan Masohi menuju Tehoru dengan menggunakan mobil dinas bapak kepala seksi TN Manusela bagian Selatan.
21.30 – 23.15 Setelah packing dan makan malam kamipun beranjak dari Tehoru menuju Piliana (kaki gunung Binaiya) Sesampai di Piliana kami beristirahat di homestay yang memang disediakan buat para pendaki, sebagian lagi nginap di kediaman Bapak Raja.

Start Pendakian

9 Oktober 2018 (Piliana - Yamitala)
Suasana pagi di negeri Piliana


Upacara adat sebelum berangkat

09.15 – 11.35 Setelah mandi dan packing ulang kami ngumpul di rumah bapak Raja mengisi buku tamu, sarapan dan kemudian melakukan upacara adat. Setelah itu kami memulai perjalanan “Bismillah” meninggalkan piliana menuju titik camp I. Kami mulai start dari Rumah bapak raja menapaki jalan aspal kemudian memasuki kebun warga dimana sepanjang jalan yang dilewati ada pohon cengkeh, pala, dan sagu. Dijalan kami berhenti sejenak sambil menunggu teman lainnya, tanpa sengaja mataku mengarah ke depan Nampak pepohonan yang diatasnya ada ular, entah jenis ular apa dan saya segera beranjak dari tempat tersebut melanjutkan perjalanan sampai pada sungai yahe, disini jalur masih adem belum terlalu menanjak, cuman pas mendekati sungai jalanan licin dan menurun, sempat dengar tawa teman-teman dibelakang ternyata ada yang jatuh, xixixii.. Kami beristirahat cukup lama di sungai ini, Setelah kru lengkap kami melanjutkan perjalanan dengan jalur menanjak lalu menurun lagi mendapati sungai lalu nanjak sedikit dengan jalur yang agak becek dan licin menuju Shelter Yamitala. Disini kami rest menunggu teman lainnya sampai akhirnya pak kepala tim tiba dan memutuskan untuk kami camp ditempat ini. Karena camp siang kami punya banyak waktu untuk istirahat, main kartu dan sore harinya aku lihat teman-teman memakai daun gatal yang katanya berkhasiat untuk menghilangkan rasa pegal, aku penasaran dan tiba-tiba seorang teman mengoleskan pada kaki yaa awalnya kaget seperti kesetrum tapi ternyata memang manjur.

10 Oktober 2018 (Yamitala – Aimoto)

Suasana yang begitu adem di Shelter Yamitala

Makan malam bersama, salah satu lauknya mie campur kol hutan
Berdoa bersama sebelum berangkat meninggalkan camp shelter Yamitala

09.15 – 12.10 Selamat pagi Yamitalaaa.. kami bangun dan beranjak dari tenda segera packing dan siap-siap. Setelah ganti pakaian kami gabung bersama kawan lainnya persiapan sarapan dan bekal air untuk ke camp berikutnya yakni camp AimotoShelter. Sebelum berangkat kami mendengar arahan dari ketua tim yakni Pak Lucky kemudian kami berdoa bersama lalu beranjak meninggalkan camp yamitala. Bismillah kaki ini mulai melangkah menelusuri jalan yang semakin menanjak dengan kemiringan sekitar 70-80 derajat, yang tadinya barisan rapat tiba2 terasa sunyi, aku menoleh kebelakang sudah tak ada orang, sepertinya masih jauh dan track menuju aimoto benar2 kunikmati sambil sesekali memperhatikan tumbuhan sekitar yang tak kutahu namanya kadang juga terdengar kicauan burung namun kadang hening sampai akhirnya saya sampai pada puncak punggungan disini terdapat cerukan gua dan batu besar  tempat ini dinamakan dataran goa lukuamano dan ternyata tempat ini mempunyai cerita mistis untung aku  ketemu adix dan bang econk disini, sambil istirahat kami bercerita dan memperhatikan keindahan anggrek berwarna orange nun jauh disana ditemani dengan suara kicauan burung yang terdengar indah memecah keheningan saat itu, kata bang echonk orang dilarang teriak disini, kalau teriak akan turun kabut, kebetulan setelah istirahat sesaat tiba-tiba hujan. Setelah hujan reda barulah melanjutkan perjalanan, darisini jalanan menurun kemudian nanjak dikit lalu penurunan lagi kemudian terdengarlah suara air yang membuat perasaan jadi adem karena ini berarti camp sudah dekat, dengan penuh semangat kupacu langkahku mengejar si adix dan bang echonk yang sudah didepan dan kemudian nampaklah sebuah shelter dengan cat hijau didepan sana, Alhamdulillah.. assalamualaikum aimoto, yaaa menurut cerita aimoto atau ayemoto berarti kayu kering. shelter ini dikelilingi sungai kecil nan jernih dan  juga dapat menampung beberapa tenda yang menjadikan tempat ini sangat strategis buat lokasi camp.

11 Oktober 2018 (Aimoto-Isilali) 

Packing sebelum berangkat
08.15 – 14.25 Kalau kemarin pagi di yamitala kami bisa sedikit santai kali ini pagi di aimoto kami sedikit sibuk karena hasil briefing semalam kami akan berangkat jam 6 pagi, entah pukul berapa mbak shanty membangunkanku untuk pipis, masih sangat gelap diluarsana tapi kami bangun karena Cuma dalam keadaan itu kami baru bisa pipis, setelah itu saya mencoba untuk tidur kembali tapi sudah tidak bisa, jelang subuh baru tertidur rasanya baru saja mata ini terpejam mbak santi sudah bangun kembali untuk sholat subuh dan sayapun memaksakan bangun dan cepat beres-beres tidak lama kemudian didepan sudah terdengar suara kawan-kawan. Setelah sarapan, persiapan bekal makan siang dan air kamipun bergegas untuk gabung bersama kawan lainnya untuk briefing dan berdoa sebelum berangkat. Bismillah mulai melangkahkan kaki meninggalkan shelter aimoto dengan jalur yang masih cukup landai kemudian mulai jumpa bebatuan karst yang menjadi ciri khas pendakian binaiya, setelah setengah perjalanan tiba di dataran Ailunasalai kemudian menanjak habis dengan trek dominasi bebatuan lalu tiba di puncak Teleuna I, Disini saya bertemu Adix dan bang Econk yang sedang beristirahat dan kemudian ulen muncul kami istirahat sejenak ditempat ini. Kami lanjutkan perjalanan, kali ini aku ditemani oleh Ulen satu-satu nya staf cewek dari Balai Taman Nasional Manusela yang ikut di tim tracking, sepanjang jalan kami bercerita, tertawa dan mungkin karena saya tidak terbiasa sampai jalan kali ini lebih santai banyak tertawa dan banyak istirahat sampai akhirnya perjalanan tidak terasa dan tiba pada puncak Teleuna 2 lalu  kami memasuki hutan lumut saya tidak tahu nama-nama jenis tumbuhan disini yang saya tahu cuma pakis dan kantong semar tumbuhan ini memiliki kantong yang menampung air dan airnya bisa diminum dalam keadaan darurat tapi sayang sepanjang jalan yang saya lihat tumbuhan ini kering tidak segar seperti yang aku lihat waktu di bukit raya dan ternyata tim dibelakang dapat yang segarnya. Perjalanan menelusuri hutan lumut kemudian jalur kembali menanjak lalu menuruni lembahan yang cukup curam dan pada pukul 11.40 kami tiba di shelter highcamp disini kami berjumpa dengan Vano dan pak porter, darisini kami langsung melanjutkan perjalanan yang menanjak menuju puncak manukupa jalur mulai terbuka kembali, sinar matahari mulai menyengat dan langkahku mulai gontai tapi tidak demikian dengan ulen pada tanjakan ini dia sangat aktif dan terus bercerita dan sesekali kami tertawa bareng hingga pada titik lelah aku beristirahat singgah untuk minum dan  mempersilahkan ulen jalan duluan tapi dia tidak mau dan bilang padaku kalau yang dibelakang masih sangat jauh, biar kita jalan santai saja, akhirnya kami rest pada satu jalur yang menanjak, Ulen lanjut bercerita dan kami tertawa bersama, lalu tiba-tiba adix muncul dari atas dia menegur kami agar tidak ribut karena tawa kami kedengaran sampai keatas dan katanya kalau ribut kabut turun dan bisa hujan juga. kami segera susul adix dan beristirahat cukup lama disatu tempat yang cukup datar setelah itu kami lanjut kembali keluar dari batas vegetasi memasuki punggungan gunung yang berupa batuan karst yang tajam dan kami sampai di puncak manukupa pada pukul 14.05, karena asik bercerita kami lewatkan tempat ini ternyata pemandangan lumayan bagus dari kejauhan kami liat adix dan bang econk ambil gambar disana kami singgah teriakin tapi kami disuruh balik sedang kalau balik harus nanjak lagi kami rest saja di tempat kami berdiri sambil nunggu mereka. Kabut mulai turun dan juga hujan gerimis segera kami berjalan dengan cepat karena jalur sudah penurunan langkah kami setengah berlari seperti kejar-kejaran sama hujan, yaaa basah sedikit sampai kami tiba di shelter Isilali pada pukul 14.30. Lokasi shelter isilali berada pada vegetasi hutan lumut dan sekitaran shelter bisa menampung sampai 4-6 tenda. Setelah tarik nafas sedikit ulen segera mengarahkan teman-teman porter yang ada untuk pasang tenda dan buat perapian untuk masak. setelah itu saya dan ulen bergegas untuk cari tempat dan memasang tenda Dum sambil menunggu perlengkapan masak dari teman-teman porter yang belum juga tiba.
Kurang lebih sejam pak porterpun tiba dengan alat masaknya dan kemudian tim lengkap pada pukul 17.30

Namanya kantong semar tumbuhan ini berisi air dan dapat diminum dalam keadaan darurat


menyempatkan berpose di hutan lumut
Tanaman Indah yang berada di Binaiya


Rest sejenak sebelum memasuki vegetasi hutan lumut


perjalanan menelusuri hutan lumut binaiya


12 Oktober 2018 (Isilali-Nasapeha)


camp isilali/Isilali

puncak bintang yang mulai berkabut

salah satu spot keren di binaiya

puncak bintang

08.30 - 13.00 Menyambut pagi dicamp Isilali kali ini kami bertenda ria karena shelter dicamp ini agak sempit jadi sebagian teman buka tenda disekitar shelter.Rutinitas biasa seperti pagi sebelumnya namun di shelter ini harus sedikit berhemat air karena sudah tidak ada sumber air yang ada hanya genangan air dan tempat bekas tadahan air lengkap dengan saringannya. Setelah sarapan dan packing kami kumpul kembali untuk briefing dan doa bersama.Bismillah berangkat meninggalkan shelter isilali  melewati hutan  yang masih lebat karena lembahan kemudian mulai naik kearah punggungan gunung bintang kontur jalur selanjutnya adalah batuan karang tajam dan pecahan granit, matahari lagi terik-teriknya ketika saya tiba disini untung saja topi rimba tidak ketinggalan dan topi ini benar-benar berfungsi melindungi wajah dari teriknya matahari dengan penuh semangat langkahku kupercepat melewati jalur yang menanjak dengan medan bebatuan yang tajam mengejar ulen dan pak william yang nampak dari kejauhan, hingga tanpa terasa akhirnya aku tiba juga di puncak bintang disana nampak pak william dan ulen sedang istirahat sesampai disana ulen langsung tawari wafer miliknya saya menerimanya dengan melupakan sementara sakit gigi yang kemarin mulai kumat. Aku kemudian duduk santai dibawah pohon yang cukup rindang sambil menunggu teman-teman lain.Setelah teman-teman lain mulai lengkap kami foto bareng tapi kabut mulai turun setelah berfoto kami langsung berjalan dengan target puncak waifuku namun kadang rencana tak sesuai harapan, kami kehujanan ditengah jalan pada kondisi jalan penurunan teman-teman sudah berjalan didepan dan tiba-tiba erick susul saya dan teriak " kak raincoatnya ga dipasang?" aku bilang nanti saja tapi dia ingatkan kembali pakailah kak hujan mulai deras dan aku pikir perkataan erick benar juga dengan gerakan cepat raincoat segera kupasang setelah itu melanjutkan perjalanan dan ternyata nasapeha sudah dekat, jarak dari puncak bintang kesini cuma 40 menit kami tiba masih siang namun karena hujan jadinya agak gelap dan berkabut.Nampak pak william dan beberapa teman lainnya sedang berteduh dibawah cerukan batu, akupun ikut nimbrung disana sambil menunggu kawan lainnya,tempat ini cukup luas dan bisa menampung sekitar 4-6 tenda dengan sumber air berupa kubangan musiman, tak lama kemudian muncul seorang porter membawa kabar dari pak ketua tim kalau kita akan camp di nasapeha. Setelah hujan reda saya dibantu oleh alman pasang tenda.
Camp Nasapeha

  
 Suasana camp

Persiapan berangkat meninggalkan camp
13 Oktober 2018 (Nasapeha - Puncak Waifuku)

Suasana camp nasapeha cukup nyaman dan disini cukup dingin, Assalamualaikum Nasapeha.. diluar sudah terdengar ribut namun aku masih saja terbaring hingga perasaan agak enakan baru segera bangun packing-packing barang kemudian bongkar tenda dan packing kembali yaa yaa yaaa itulah rutinitas tiap pagi. Setelah packing saya segera gabung bersama tim, pagi ini ga pake acara sarapan karena jarak dari Nasapeha ke puncak sudah dekat dan kita berencana masak setelah tiba di puncak nanti.

Sekitar pukul 07.20 kami berangkat meninggalkan camp Nasapeha melewati jalur tanjakan melewati bebatuan karst sekitaran jalur nampak banyak tumbuhan pakis khas binaiya kemudian kami juga melewati sedikit penurunan  karst berbatu, selama kurang lebih 1 jam berjalan tibalah kami di wilayah padang kurcaci dan pemandangan di tempat ini membuatku takjub, walaupun saya sudah terbiasa dengan berbagai keindahan yang ada dipuncak tapi tempat ini berbeda ditambah dengan udara segarnya yang membuat lelahku hilang berganti dengan semangat dan keceriaan, berkali-kali kesunyianku pecah karena menyebut AsmaNya, Masya Allah betapa indah ciptaanNya. Darisini kami harus melewati 2 puncak punggungan lagi untuk menuju puncak waifuku, walaupun jalurnya nanjak tapi aku begitu menikmati karena pemandangan yang sangat indah dan juga udara pagi begitu segar dan Alhamdulillah akhirnya tiba di camp waifuku. Setiba disini kami langsung beraktifitas pasang tenda, buat minuman hangat sambil menunggu teman-teman yang lain, matahari mulai bersinar dengan teriknya pagi itu ga lama kemudian rombongan telah lengkap, setelah beristirahat sejenak kamipun segera muncak, kami tiba di puncak sekitar pukul 12 siang yaaa matahari lagi panas-panas nya namun hati kami telah jadi adem saat tiba di puncak,duduk merenung sejenak disekitar puncak sambil menikmati keindahannya lalu beranjak gabung sama teman2 foto bareng dan eksis se eksis-eksisnya hahaa.. kapan lagi. Selama kurang lebih 1 jam kami dipuncak kemudian kami turun, selanjutnya aktivitas masak-masak kemudian makan siang lalu sekitar jam 3 sore kami lanjut lagi ke puncak berikutnya lalu tiba kembali di lagi ke camp namun ditengah  perjalanan pulang saya sempat terjatuh dan kakiku terasa sangat perih hingga menghambat perjalanan dan sempat bikin panik teman2 karena mereka menunggu agak lama but it's okey i'm fine aku tetap semangat berjalan meski kakiku sakit yaa slow but sure dan Alhamdulillah akhirnya sampai juga di camp kamipun beristirahat memulihkan kembali tenaga untuk melanjutkan perjalanan esok hari, yaaa hari yang sangat melelahkan sekaligus menyenangkan.
 

Perjalanan menuju puncak Waifuku

Dan teriknya matahari tidak menyurutkan semangat kami


Padang Kurcaci


Foto bareng di puncak Waifuku




 Tim Rusa Binaiya, Oktober 2018
Happy Anniversary Setengah Abad Libra Doubel Cross Makassar


14 Oktober 2018 (Waifuku - Isiali )
Dan pagi menyapa kami kembali,saya segera bangun dan packing-packing barang, ga lama setelah itu Ulen muncul mencek kondisiku, yaa aku jawab Insha Allah masih fit dan masih sangat bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Setelah sarapan kamipun melanjutkan perjalanan menuju Isiali dan camp disana, Perjalanan ke Isiali Alhamdulillah semua Fit dan kami tiba siang di camp.


Doa bersama sebelum beranjak meninggalkan puncak
Perjalanan turun dari puncak

Harus nanjak lagi menuju puncak Bintang
 
15 Oktober(Isiali - Yamitala)
Penyakit malas makan kumat saat dipuncak dan sekarang di Isiali, malam makan cuma 1 sendok dan keesokan harinya sarapanpun seperti itu, mau ngemil juga ga bisa OMG.. sarapan segelas teh paling handal saat-saat seperti ini yaa cuma itu. Perjalananpun dimulai setelah kami doa bersama kali ini jalurnya lebih banyak penurunan tanjakan cuma sedikit pun walau jalan cuma penurunan tapi jalurnya becek dan licin jadi mesti hati-hati biar ga terpleset, dan kali ini kami kompak dengan jalan beriringan, yaaa jalur penurunan yang cukup panjang dan menguras tenaga hingga pada suatu jalur terdengar suara santi dari belakang "lis istirahat dulu lis" karena kebetulan medannya landai maka kamipun berhenti untuk istirahat sejenak dengan kondisi yang benar-benar lemas, aku segera buka daypack, masih ada sekaleng susu beruang, lumayan buat doping kami bertiga, karena camilan apapun sudah ditolak oleh perut ini, dan ternyata minum susu ini terasa sangat segar ditenggorokan dan perlahan mengembalikan stamina kami (hmm promosi, hahaaa tapi benar susu beruang andalan gue banget). Setelah beristirahat cukup lama dari belakang terdengar suara sorak-sorakan yang cukup ramai, saya dan mbak santi menoleh kebelakang yaaa itu suara dari bapak2 porter yang bernyanyi buat mbak Santi, Jadi ceritanya porter terkece se-piliana (Mas Herdi) Naksir sama mbak Santi dan buat lagu khusus buat mbak Santi dan ini menjadi penyemangat bagi pak porter, dan juga penyemangat buat kami karena setelah dengar lagunya rasa lelah kami tiba-tiba hilang berganti dengan tawa yang semangat, setelah itu kami lanjut perjalanan dan akhirnya Shelter Aimoto nampak didepan mata tapi  mendadak turun hujan, aku spontan berlari sampai tiba dicamp, yaaa hujan yang menguji adrenalin, xixixiii..
Kami rest sejenak di camp Aimoto sambil minum air hangat yang masih tersisa ditermos, kemudian saya minta sedikit gula merah punya adix yaaa lumayan sebagai doping terakhir pada perjalanan yang masih cukup panjang. Perasaanan ku saat itu sudah malas, ayoo lis kata mbak santi, kita pelan2 aja kita jalan didepan dan aku mengikuti apa katanya, Alhamdulillah ternyata memang masih sanggup dengan sisa-sisa tenaga yang ada penurunan curam dan cukup panjang dari Aimoto ke yamitala itu terlewati dengan berjalan lebih cepat. Kamipun tiba disana rasa2nya mau langsung merebahkan badan tapi shelternya kotor jadi aku cari sandaran saja, yaaa sambil berkata dalam hati ini camp terakhir Insha Allah besok perjuangan akan berakhir dan kita akan sampai dikota kembali sambil senyum2 sendiri.


Melepas rasa lelah sambil merenung

Pastikan kita se-irama tapi tetap aja ga bisa yaa, hihii

16 Oktober 2018 (Yamitala - Piliana - Masohi)
Alhamdulillah pagi menyapa kami kembali di Yamitala dengan suara aliran air dan suara kicauan burung yang membuatku lebih bersemangat bangun pagi itu, yaaa hari terakhir di hutan akan ada rasa rindu dengan tempat ini, ada kenangan bersama kawan-kawan tim suka dan duka selama perjalanan yaaa tapi sudahlah waktu terus berjalan dan seperti itulah kehidupan. Kamipun packing2 dan melanjutkan perjalanan kembali, Setelah berjalan selama kurang lebih 2 jam akhirnya kami tiba kembali di Piliana, Alhamdulillah.. Disini kami istirahat bersih2 dan kemudian makan siang di rumah Bapak Raja. Setelah itu kami melanjutkan kembali perjalanan ke Masohi. Perjalanan ke Masohi tim terbagi menjadi 2 mobil, di mobil nampaknya semua ceria liat jalan aspal lagi dan mendadak gila dengar lagu dangdut remix sambil cerita dan tertawa juga lalu kemudian musiknya berganti dengan lagu ambon yang sedih, yaaa bentar lagi kami akan meninggalkan tehoru, jadi ingat kenangan beberapa hari di Tehoru, lalu tanpa sadar mata ini jadi berkaca-kaca, saya melirik ke mbak Santi rupanya dia juga merasakan hal yang sama karena pas aku lirik dia sedang hapus airmatanya, mukanya merah tapi aku tidak tegur, malu nanti dia liat aku juga,xixii.. Kami mampir sebentar di Tehoru ambil barang lalu ke kantor balai untuk pamitan dengan pak Sofyan dan Pak Devis yang sudah begitu baik dan ramah pada kami selama disana. Dan akhirnya kami tiba sekitar jam 3 sore di Masohi, istirahat sejenak sambil makan bubur kacang ijo yang disediakan kantor balai, lalu dilanjut dengan acara penutupan, kali ini ditutup oleh bpk. Lucky sendiri selaku kepala seksi yang juga ketua tim kami dilapangan. Alhamdulillah tuntas sudah perjalananku ke Binaiya yang bagiku ini adalah Mimpi yang menjadi Nyata. 

Semua Ceriaa.. Perjalanan pulang dari Piliana ke Masohi


Acara Penutupan Tracking Binaiya Dalam Rangka Promosi

*Terimakasih kepada teman2 yang sudah mensupport dan memberi informasi tentang Binaiya, terkhusus buat sahabatku,   Mbak Henny, Molyanti, juga buat Ichal Paunusa, Bang Koko, dan Support adik2 di Mapala Veteran UPRI Makassar (Summit, Chiu, Kalom) sekali lagi terimakasih.
*Terimakasih buat teman2 Mapala Kewang Pertanian, dan KPA Kanal Ambon yang sudah ramah menyambut dan memberi tumpangan pada kami.

Sekret KPA Kanal
Sekret Mapala Kewang Pertanian Unpatti

*Terimakasih pada pihak Balai Taman Nasional Manusela yang telah sangat ramah menyambut kami dan memberi kami kesempatan untuk bergabung dengan Tim terkhusunya buat Pak Lucky selaku kepala seksi dan ketua Tim, Pak Poli, Pak Kepala Balai, Pak William, Pak Uchen, Ulen, Pak Echonk, Pak Sofyan, Pak Devis, Pak Demi dan yang lainnya.

Kenangan bersama mereka
 
*Terimakasih juga pada adik-adik kami Vano, Erick, Adhix, dan Ephito yang sudah seperti keluarga selama di Tehoru dan dilapangan.
Kenangan bersama mereka

*Terimakasih juga pada Tim "Rusa Binaiya" kalian terbaik.. (Fitri, Caphunk, Alman, Ruslan, bapak2 Porter Piliana, dan yg lainnya)  bakalan kangen sama kalian :)




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menggapai Atap Sumatera Part 2

Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia berada pada garis 10A*45,50’ LS dan 10A*160’ BT,   statusnya masih aktif den...

Popular Posts