Hellboy Pointer November 2013 | Simphony Rimbaku
RSS

Keindahan Danau Sakti "Gunung Tujuh" 1950 Mdpl



6 oktober 2013

Pagi yang cerah di Kersik Tuo, matahari yang bersinar indah membangunkanku dari tidur yang lelap, dengan semangat pagi saya bangun kemudian bergegas menjemur perlengkapan yang basah karena hujan pada saat turun dari puncak kerinci kemarin. Di depan sudah  tersedia termos, gula, teh dan kopi tinggal diolah untuk dijadikan sarapan pagi, pisang goreng + teh hangat menjadi menu kita pagi ini. Setelah itu saya mandi lalu packing dan  bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju danau gunung tujuh.

Sekitar pukul 09.30 akhirnya kami dapat  mobil yang langsung masuk ke pos jaga yang berada di kaki gunung. Kami segera pamitan dan berterimakasih pada tuan rumah dan juga pada teman-teman dari Depok yang muncak bareng kemarin. 

Foto bareng sebelum meninggalkan basecamp Jejak Kerinci
Kami berangkat menuju desa pelompek kecamatan Kayu Aro, karena sopirnya akrab sama Rangga kami minta mampir disalah satu warung untuk belanja logistik setelah itu lanjut ke pos resort yang letaknya dikaki gunung tujuh. Tiba di pos  sekitar pukul 11.00 siang disana sudah nampak si andri berdiri di depan pos dia menunggu karena sebelumnya kami sudah janjian akan jalan bersama ke danau gunung tujuh.

Danau Gunung Tujuh merupakan perjalanan tertunda kami 2 tahun lalu karena waktu yang sangat singkat saat itu kami harus pulang dengan harapan suatu saat nanti akan kembali mendaki kerinci lagi sekaligus danau indah ini yang hanya sempat kami lihat dari puncak kerinci dan Alhamdulilah terkabulkan. Diluar dugaan antara percaya dan tidak, saya berada di kerinci lagi bersama teman-teman meskipun dengan  suasana yang sedikit berbeda.
Danau Gunung Tujuh nampak dari Gunung Kerinci

Keindahan Danau Gunung Tujuh yang hanya sempat kami liat dari tugu yuda Kerinci (saat 2 tahun yang lalu)



Kaki Gunung Kerinci (saat turun dari puncak )


 Secara ilmiah Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau. Danau ini berada pada ketinggian 1950 Mdpl dan merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara dengan ukuran panjang 4,5 km dan lebar 3 km. Lokasinya berada pada Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi.  Karena letaknya di atas gunung, menjadikan suasana danau masih asri dan alami. Danau ini juga digunakan sebagai sumber mata pencaharian nelayan setempat.

Danau ini dikelilingi oleh tujuh puncak gunung disekitarnya yakni : Gunung Hulu Tebo ( 2.525 Mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 Mdpl), Gunung Madura Besi ( 2.418 Mdpl), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis lumut (2.350 Mdpl), Gunung Selasih (2.230 Mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 Mdpl), dan Gunung Tujuh (2.735 Mdpl), itulah sebabnya diberi nama  Danau Gunung Tujuh.

Setelah mandi, makan siang dan packing kami bersiap-siap untuk berangkat menuju danau. Tepat pukul 13.00 setelah berdoa bersama, kami berangkat meninggalkan pos jaga menuju danau gunung tujuh,  berjalan disiang hari dengan kondisi jalur pada titik start pendakian benar-benar terbuka dan teriknya matahari begitu terasa membakar untung saja masih landai, saya berjalan tanpa henti kemudian melewati perkebunan penduduk, memasuki kawasan hutan dengan keragaman flora dan faunanya, disini barulah kutemukan tempat yang adem untuk beristirahat. Panas yang luar biasa menguras tenaga hingga keringat bercucuran dan dehidrasi melanda. Inilah tantangan berjalan siang dan secara perlahan jalurpun mulai menantang dengan tanjakan-tanjakan yang lumayan membutuhkan tenaga ekstra. You-C1000 segera membasahi tenggorokan ini kemudian kami melanjutkan perjalanan, Mol dan Rangga berjalan di depan sedang saya berjalan sedikit santai sambil bercerita bersama Andri (salah satu teman dari sekber kerinci yang menemani kami pada pendakian pertama menuju puncak kerinci dan beliau sudah seperti adik kami). Setelah 3 jam berjalan sampailah kami di danau. Nampak hamparan gunung yang terlihat indah dari kejauhan, segarnya udara pegunungan, panorama hijau, dan air yang jernih benar-benar menyuguhkan keindahan yang luar biasa dan membuat kita betah menikmati pemandangannya.

Saat Hendak Berangkat Menuju Danau Gunung Tujuh
Rest sejenak sebelum melanjutkan perjalanan
Subhanallah.. rasanya ingin teriak, saya segera berlari kecil menuju batu besar yang ada di tepi danau walau keliatan licin tapi andri meyakinkan saya untuk bisa memanjati batu tersebut, dan darisini saya menikmati keindahan danau sambil berucap dalam hati Alhamdulilah saya sudah berada disini, danau yang kemarin cuma bisa saya liat dari gunung kerinci. Waktu sudah sore saat itu dan kami harus segera cari tempat camp untuk mendirikan tenda.

Menghirup segarnya udara danau (saat baru tiba )



Tempat yang sangat strategis untuk tenda kami, hanya ada saya, mol, rangga dan andri, bisa berburu kepiting sesukanya tanpa ada yang menggangu. Sore itu setelah tenda hampir selesai terpasang tiba-tiba hujan mengguyur kami, saya dan mol segera masuk tenda dan mengamankan barang-barang sedang andri dan rangga tetap bertahan diluar sana memasang flysheet tenda se-safety mungkin demi keamanan dan kenyamanan bersama mereka rela hujan-hujanan diluar sana. Setelah itu mereka masuk tenda, ganti pakaian kemudian kami ngopi bareng, persaudaraan dan keakrabanpun semakin terasa, Rangga yang masih sungkan pada pendakian kerinci kemaren sekarang sudah bisa bercanda dan tertawa lepas bersama kami. Malam hari setelah hujan reda semua sibuk dengan urusan masing-masing, molyanti keluar tenda ditemani oleh rangga berburu kepiting yang merupakan salah satu makanan favoritnya karena itu dia sangat senang ketika Rangga menginfokan bahwa ada kepiting disekitar danau. Mereka mencari kepiting di tepi danau yang tidak jauh dari tenda, sedang Andri berusaha membuat api unggun dengan menggunakan kayu yang Rangga dapatkan tadi sore namun sayang sekali kayunya sedikit basah karena hujan tadi,  dan saya sendiri di dalam tenda mendengar musik sambil jaga lilin, kalau lilinnya mati kasihan mereka (mol, rangga, dan Andri) mereka pasti tidak mendapatkan kepiting yang ada juga mereka dimangsa kepiting, hahahaa... 

Kepiting di tepi Danau Gunung Tujuh

Berusaha membuat api unggun

Teriakan yang heboh dari mol dan Rangga mulai terdengar mereka mendapatkan banyak kepiting, kebetulan diseberang sana jarak tempuh 15 menit dari tempat kami ada sekelompok PA juga yang lagi camp terdiri dari anak Jakarta, Padang, dan ada 1 orang juga dari Makassar. Teriakan mol dan rangga memecah keheningan malam, mereka teriak sekeras mungkin untuk tenda tetangga yang cukup jauh agar bisa bergabung untuk berburu kepiting tapi entah mereka dengar atau tidak namun tak ada teriakan balasan darisana. Sayapun penasaran dan bergegas keluar tenda tapi lilinnya tetap kubawa demi mol dan rangga meskipun dengan menggunakan headlamp juga, woww.. kepitingnya kecil-kecil tapi lumayan berisi. Kemudian saya menuju tempat si andri yang sedang tetap berusaha membuat api unggun meski belum kelar-kelar juga  dari tadi, gimana mau nyala anginnya lumayan dan kayunya juga sedikit basah tapi saya tetap membantu dan menyemangatinya berharap akan ada keajaiban hingga apinya bisa nyala, hahaa..

Malam itu sangat gelap, tidak ada bintang hanya ada cahaya lilin dan headlamp, semua sibuk dengan aktifitas masing-masing. Karena apinya tidak kunjung nyala terpaksa saya stel musik dari hp rangga sambil memandangi mol dan rangga yang sedang berburu kepiting. Danau yang begitu luas dan hari yang semakin malam tak juga hening dengan keributan rangga dan mol bersama kepitingnya. Akhirnya pencarian kepiting telah selesai waktunya memasak dengan bumbu ala kadarnya  oleh chef kita molyanti, Aroma yang begitu sedap membuatku lapar namun rangga, saya dan andri tidak terlalu hobby makan kepiting meski demikian saya dan andri tetap mencicipi sedikit, dan merasakan kepiting danau gunung tujuh yang dimasak oleh chef yang handal meski dengan bumbu alakadarnya namun aromanya sangat menggoda. Sambil makan kami tetap bercerita dan juga tertawa sesukanya di dalam tenda seolah danau milik kami, hingga selesai makan satu persatu tumbang dan tidak tidak lama kemudian terdengarlah suara dengkuran yang entah dari "SB" siapa.



7 oktober 2013






Selamat Pagi Danau Gunung Tujuh, Udara pagi yang begitu segar, pemandangan dan suasana danau yang begitu mendamaikan hati. Aktifitas pagi dimulai dengan beres-beres tenda persiapan logistik untuk sarapan kemudian mol mengeluarkan matras lalu berjalan menuju tepi danau disana dia mulai masak-masak.  Setelah kopi siap kami berempat kembali ngopi sambil ngerumpi masih seperti kemaren danau serasa milik kami dengan keributan yang kami, sesekali eksis dengan mengabadikan gambar di danau yang indah ini sambil menunggu pak nelayan yang tidak kunjung datang. Karena terpesona dengan kejernihan air danau ini saya mengajak mereka mandi tapi ga ada yang mau terpaksa saya mandi sendiri menikmati segarnya air danau yang jernih ini. Kami lama bercerita sambil makan-makan dan sambil menikmati keindahan danau ini hingga tanpa terasa sudah pukul 11.00  dan kami baru menyadarinya setelah hujan memaksa kami untuk beranjak dari tepi danau dan kembali masuk ke tenda. Gemercik hujan tidak mengalahkan suara tawa kami karena didalam tenda sesion paling seru yakni curhat, saling mengejek dan gosipin orang, semuanya akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan di danau ini.



Kami beranjak meninggalkan danau sekitar pukul 13.00 setelah packing dan doa bersama. Disepanjang perjalanan sudah tidak ada orang yang camp tinggal kami berempat, langkah kami percepat dan tanpa rest dengan harapan bisa cepat sampai karena mobil sudah menunggu kami di kaki gunung. Kami tiba di pos sekitar pukul 15.00 tapi alangkah kecewanya karena mobil yang menunggu kami sudah berangkat bersama teman-teman yang kemaren ditawari berburu kepiting oleh mol dan rangga. Setelah hampir 30 menit di pos ini akhirnya ada juga mobil yang mau masuk menjemput kami dan mengantar hingga ke sungai penuh (Sekber Kerinci), disanalah kami nginap sebelum balik ke makassar pada keesokan harinya.
Demikianlah Perjalanan tertunda kami di danau gunung tujuh, waktu 1 malam tidak cukup, banyak cerita lucu yang akan menjadi kenangan kami bersama danau ini. Meskipun rasanya ingin berlama-lama menikmati keindahan danau ini namun kami harus segera pulang dan kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Terima kasih buat teman-teman di Sekber Kerinci dan teman-teman KPA Jejak Kerinci yang sudah menjamu kami disana, dan terimakasih khusus buat Rangga dan Andri yang sudah menemani dan membuat perjalanan kami menjadi lebih seru.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menggapai Atap Sumatera Part 2



Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia berada pada garis 10A*45,50’ LS dan 10A*160’ BT,  statusnya masih aktif dengan ketinggian 3805 Mdpl. Gunung ini dikelilingi hutan Taman Nasional Kerinci Seblat dan juga merupakan bagian dari pegunungan bukit barisan di kabupaten kerinci, Provinsi Jambi. Keindahan dan kemegahan alamnya dijuluki sebagai “ Sekepal Tanah Surga yang tercampakkan ke Bumi “

Keindahan dan panorama yang natural dengan kekayaan flora dan fauna dapat ditemui mulai dari dataran rendah hingga puncak gunung kerinci. Tumbuhan dataran rendah di dominasi oleh jenis mahoni. Untuk Fauna ada didalamnya tapir, kus-kus, siamang, dan 140 jenis burung, kemudian binatang khas sumatera seperti badak sumatera dan Harimau.

Transportasi 

Pendakian Gunung Kerinci dapat ditempuh dari 2 jalur yakni :
·         Rute Padang dengan bus umum jurusan Padang – Sungai Penuh kemudian turun di desa kersik tuo.
·         Rute Jambi dengan bus ke kota Muara Bungo dilanjutkan dengan mini bus sampai ke sungai penuh.

Anda dapat memanfaatkan jasa biro wisata dari jambi ke sungai penuh yang membuka perjalanan Jambi-Sungai Penuh-Jambi atau Padang-Sungai Penuh-Padang, dan kebetulan saat kami kesana kami memilih rute Padang – Sungai Penuh – Padang. Dari Bandar  Udara Internasional Minangkabau kami menggunakan jasa damri menuju PO Ayu dengan tarif Rp. 22.000/orang kemudian dari PO Ayu “Padang – Sungai Penuh” dengan tarif Rp. 110.000/orang dengan menggunakan mobil avanza.

1 oktober 2013

 Semua serba dadakan kala pagi itu harus disibukkan dengan packing barang yang sudah dipersiapkan pada malam hari sebelum tidur,  hal ini dikarenakan ijin untuk cuti baru keluar sehari sebelum berangkat. Target kali ini adalah memenuhi perjalanan tertunda kami 2 tahun lalu yakni ke danau gunung tujuh, namun sebelum ke danau kami akan sempatkan untuk naik ke gunung kerinci lagi sekalian mengobati kerinduan kami dengan panorama dan keindahan serta jalur pendakiannya yang terbilang lengkap mulai dari jalur beraspal, jalur aliran sungai kecil, jalur berbatu cadas, jalur pasir, jalur dengan rumput dan pepohonan yang tinggi hingga jalur tanjakan dengan kemiringan 45 sd. 60 derajat.
Setelah packingan selesai sayapun berangkat ke kantor, siang hari baru mampir ke rumah lagi mengambil carrier dan perlengkapan lainnya sekalian pamitan dengan orangtua dan keluarga karena tiket pesawatnya pukul 18.30, Saya berangkat langsung dari kantor dan tidak balik ke rumah lagi.
Setelah aktifitas kantor selesai saya langsung berangkat ke bandara dengan diantar oleh seorang teman kantor, Tiba di bandara masih lengkap dengan blazer dan sepatu kerja namun saya cuek carrier dan daypackpun saya kenakan dan buru-buru masuk ke Bandara. Saya berangkat berdua sama Molyanti (partner jalan saya) tepat pukul 18.50 WITA, perjalanan Makassar – Jakarta dan tiba di Jakarta sekitar pukul 20.00 WIB. Di bandara soekarno-hatta kami dijemput oleh Apro dan suaminya kemudian diajak jalan ke mall “Cetos” disana saya janjian sama teman-teman Srikandi Nusantara yakni Riri, Nunik, Frita dan mol juga janjian sama Kang Jenggot dan akhirnya suasana menjadi rame, dari mall kami bergeser ke ....., melanjutkan obrolan disana biar lebih akrab satu sama lain. Kami nginap di rumah Apro (teman mol yang sudah sangat baik menjemput dan menjamu kami).

Carrier + Blazer semuanya karena buru-buru



2 Oktober 2013

Berusaha bangun sepagi mungkin mandi, sarapan, packing dan lanjut ke bandara soekarno-hatta takut kena macet karena tiket kami jam 10 pagi, namun akhirnya tiba tepat waktu disana karena pesawatnya delay kami berangkat pukul 12 siang perjalanan Jakarta – Padang dan tiba di padang pukul 14.00 WIB. Setelah mengambil barang kami segera bergegas keluar dengan terburu-buru mencari damri yang langsung ke travel PO Ayu, Namun setelah ketemu damri kami harus menunggu sekitar sejam karena damrinya menunggu penumpang penuh sedangkan kami adalah penumpang pertama mereka. 



Di Damri kami bertemu dengan 3 orang anak PA (Pecinta Alam) dari Depok yang juga membawa carrier seperti kami setelah ngobrol ternyata tujuan kami sama yakni ke gunung kerinci, akhirnya kami sama-sama ke travel PO Ayu dan lanjut ke Sungai Penuh bersama walaupun tempat camp dan orang yang mengantar kami berbeda. Mereka turun di kersik tuo, kami lanjut ke sungai penuh dan  tiba pukul 04.00 WIB di sekretariat Sekber PA Kerinci. Tiba disana kami ngobrol tapi tidak terlalu lama karena ngantuk, saya segera bersih-bersih kemudian tidur walau Cuma 3 jam tapi lumayan.


3 Oktober 2013

Rekor bangun tidur yang paling lama yakni jam 9 pagi  tapi wajar karena tidurnya juga jam 5 subuh. Pagi itu setelah mandi kami bergegas ke ATM menyelesaikan urusan masing-masing kemudian lanjut ke mini market belanja logistik dan kebutuhan lainnya namun karena masih ada yang kurang akhirnya kami ke pasar dan setelah semua kebutuhan lengkap kamipun mampir makan siang lalu balik ke sekret. Saya boncengan sama mol saat itu seolah sudah tahu jalanan kami keliling kesana kemari dengan menggunakan motornya si Mela namun demikian tetap sampai di sekret siang itu walaupun sempat salah jalan. 
Setelah packing barang kami diantar oleh mela dan ... ke .... disana ada bang melky dan kawan-kawan lainnya yang sedang mengerjakan wall climbing dan disitu ada si Rangga juga, Rangga diutus oleh bang melky untuk menemani kami dan saat itu juga Rangga balik ke rumah mempersiapkan perlengkapan hikingnya. Pukul 17.15 kami baru start dari sungai penuh menuju kersik tuo dengan menggunakan angkot dengan kondisi yang full penumpang dan barang, meski demikian saya tetap menikmati perjalanan dan berharap tidak akan hujan karena carrier kami disimpan diatas angkot tersebut. Tiba di Kersik Tuo tepatnya di simpang macan sekitar pukul 18.30, sudah mulai gelap namun pada saat turun dari angkot  ada seseorang yang menghampiri Rangga dan mereka nampak akrab, tidak lama kemudian Rangga memperkenalkannya pada kami, dia adalah Reke dari KPA Jejak Kerinci.


Start Pendakian

Simpang Macan – R 10 (Register 10) Pos Jagawana (1.611 Mdpl)
Simpang Macan, Desa Kayu Aro Kersik Tuo adalah titik awal pendakian menuju puncak gunung kerinci, jika cuaca cerah gunung kerinci sangat jelas terlihat dan tampak berdiri angkuh. Dari simpang macan berjalan sekitar 1 km atau berjalan kaki sekitar 35 menit melintasi perkebunan teh milik PTPN VIII menuju pondok R 10 (Register 10) yakni pondok jaga balai TNKS untuk mengawasi setiap pengunjung yang akan mendaki gunung kerinci, maka dari itu para pendaki harus registrasi di pos ini dulu sebelum muncak. Untuk memasuki TNKS, pengunjung harus membayar biaya retribusi tapi terkadang tidak perlu membayar jika pos pemeriksaan kosong. Menurut beberapa orang pos itu baru beroperasi pada hari-hari libur umum saja seperti tahun baru dan 17 agustus-an, makanya pendakian kemaren kami melewati pos ini dan langsung ke batas aspal terakhir.


R 10 (1.611 Mdpl)  ~ Pintu Rimba ( 1.800 Mdpl)
Perjalanan dari R 10 ke Pintu Rimba jarak tempuhnya sekitar 2 km atau berjalan kaki kurang lebih 1 jam dengan melewati perkebunan/ladang penduduk dan kondisi jalan baik (aspal) sampai ke batas hutan. Disinilah titik start pendakian dimulai, Saya dan Rangga tiba malam di tempat ini yakni sekitar pukul 20.00 WIB dengan diantar oleh reke yang rela membonceng kami meski harus 2 rest. Sambil menunggu kami berteduh sambil ngobrol di sebuah pondok yang berada di tempat ini tapi ga lama kemudian ada cahaya senter dari atas dan ternyata mereka adalah rombongan pendaki dari jambi yang diantar oleh doyok yang juga anak sekber kerinci, mereka juga rest di pondok itu sambil menunggu mobil jemputan. Kami sempat ngobrol dengan mereka sebelum Molyanti datang. Mobil jemputan mereka tiba tidak lama setelah Mol datang, merekapun berangkat dan setelah makan malam kami juga  melanjutkan perjalanan tepat pada pukul 21.15, dari tempat ini ke pintu rimba butuh waktu 10 menit dengan kondisi jalur masih landai.

Pintu Rimba (1909 Mdpl) ~ Pos 1 (Pos Bangku Panjang ) 2.000 Mdpl
Pintu Rimba merupakan gerbang awal pendakian, berada dalam batas antara ladang dan hutan heterogen, disini ada shelter dan lokasi air kurang lebih 200 meter sebelah kiri jika kita menghadap gunung kerinci. Jarak tempuh kurang lebih 2 km atau 30 menit perjalanan dengan lintasan yang relatif landai. Kami  berangkat meninggalkan pintu rimba menuju pos 1, Berjalan diheningnya malam melalui jalan setapak yang meskipun masih terbilang landai namun kondisi jalan yang becek karena habis hujan benar-benar mengharuskan kami untuk fokus dengan cahaya dari headlamp yang kami gunakan masing-masing. Tiba di pos 1 kami rest dan cuma berselang 3 menit tiba-tiba muncul cahaya dari atas dan itu adalah cahaya senter dari bang Levi (KPA Jejak Kerinci) dan Yudi (Astadeca) yang sebelumnya sudah janjian sama Mol (via bbm ) untuk  turun menjemput kami dengan harapan bisa camp bareng di pos 3 sambil makan bakso dan bermain domino yang mereka pesan lewat molyanti.

Pos 1 (Pos Bangku Panjang) 2.000 Mdpl ~ Pos 2 (Pos Batu lumut) 2.225 Mdpl
Di pos 1 kami rest sejenak lalu bersama-sama melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya, kami yang tadinya cuma bertiga berjalan di kegelapan malam akhirnya menjadi 5 orang meskipun jumlah kami bertambah namun suasana masih saja hening karena harus konsentrasi dengan jalanan yang gelap, licin dan becek. Berjalan dan terus berjalan tanpa rest hingga kami tiba di pos 2 dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit.

Pos 2 (Pos Batu Lumut) 2.225 Mdpl ~ Pos 3 kerinci
Pos batu lumut merupakan tempat istirahat/camp meskipun tempatnya tidak terlalu luas namun cukup memenuhi syarat untuk dijadikan tempat camp karena kurang lebih 10 m dari tempat ini terdapat sumber air. Di pos ini kami rest cuma 5 menit karena kondisinya yang terbuka, lembab, becek dan suasana yang semakin malam, kami segera melanjutkan perjalanan menuju pos 3 dimana amir dan bler menunggu disana. Setelah berjalan selama kurang lebih 30 menit tibalah kami di pos 3, kami tiba sekitar pukul 23.15 tanpa harus beristirahat si rangga membongkar carrier, mengeluarkan tenda lalu kami bersama-sama mendirikan tenda tersebut. Setelah itu kami segera masuk tenda ganti baju kemudian ngeteh sambil ngemil dan ngobrol dengan teman-teman dari depok yang sudah menyediakan teh dan kopi buat kami.

4 oktober 2013

Pos 3 ~ Shelter 1  2.510 Mdpl
Pagi yang cerah di pos 3, ketika kami terbangun suara kicauan burung terdengar diluar sana namun rasa ngantuk dan lelah masih terasa hingga melanjutkan tidur dan terbangun ketika matahari menyapa, ternyata sudah pukul 7.15 saya segera bangun, karena di pos ini tidak ada sumber air kami cuma sarapan roti bakar dan ngeteh dengan menggunakan sisa air yang semalam. Setelah itu packing dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju Shelter 1. Kami Meninggalkan pos 3 sekitar pukul 10 pagi disinilah jalur adventure yang sesungguhnya dimulai, memasuki kawasan hutan yang lebat dan terjal dengan kemiringan 45 hingga 60 derajat dan tiba di shelter 1 dengan waktu tempuh kurang lebih sejam.
pos 3 kerinci

 Shelter 1  (2.510 Mdpl) ~ Shelter 2 ( 3.073 Mdpl)
Saya dan bang levi tiba di shelter 1 sekitar pukul 11, disana sudah nampak bler, yudi, amir, rangga dan mol sedang beristirahat sambil ngobrol, begitu tiba sayapun rest sejenak menikmati segarnya udara pegunungan yang selalu kurindukan. Beberapa orang teman pergi mengambil air rencananya kami ngeteh dan makan-makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan yang akan lebih ekstrim dari jalur sebelumnya. Setelah mereka datang trangia+bahan bakarnya segera kukeluarkan dari carrier habis itu kami masak dan ngeteh bareng sambil ngobrol. Melanjutkan perjalanan menuju shelter 2 yang terasa begitu ekstrim dengan menempuh medan “tanjakan tenyom” dan pepohonan yang tidak lagi rapat. Waktu tempuh dari shelter 1 ke shelter 2 kurang lebih 3 jam, tempat ini disarankan sebagai tempat camp karena terdapat sumber air disini walaupun cukup curam untuk mencapainya tetapi sumber air tidak pernah habis ditambah kondisi shelter yang terlindungi. Kami tiba di shelter ini sekitar pukul 15.00 dengan kondisi basah kuyup meski sudah memakai raincoat karena hujan yang cukup deras menyertai perjalanan tadi. Kami Camp di shelter ini walau hampir seharian hujan tapi ada hikmahnya juga karena airnya bisa difungsikan.

Rest di Shelter 1

5 oktober 2013

Shelter 2 ( 3.073 Mdpl ) ~ Shelter 3 ( 3.351 Mdpl)
 Pukul 01.40 dinihari saya sudah terbangun karena tidur paling cepat diantara mereka, terbangun karena kakiku merasa kedinginan akhirnya saya membangunkan mol dan kami masak air kemudian sarapan sereal yang dicampur dengan susu putih meski tidak terbiasa tapi harus karena tubuh butuh kalori yang lebih untuk bisa muncak, habis itu saya buat teh + gulamerah dan menaruhnya dalam termos kesayangan yang akan selalu ikut disetiap pendakianku karena sangat berguna waktu pendakianku ke Gunung Latimojong kemaren. Setelah itu saya keluar tenda karena hendak pipis dan Alhamdulilah sudah tidak hujan, kembali masuk ke tenda dan mempersiapkan barang-barang yang hendak dibawa. Setelah berdoa bersama, kami berangkat meninggalkan shelter 2 tepat pada pukul 03.45 subuh, melanjutkan perjalanan menuju puncak kerinci. Jalur menuju shelter 3 melewati pohon-pohon yang cukup tinggi kadang harus manjat dan scrambling bahkan akar pohon akan menjadi pegangan dan pijakan,  sangat menantang apalagi melaluinya pada waktu dinihari dengan kondisi yang gelap dan hanya ada cahaya dari headlamp masing-masing. Kami tiba di Shelter 3 sekitar pukul 04.50 WIB dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, jadi teringat waktu kami camp di shelter ini 2 tahun lalu, sambil menunggu teman-teman yang lain saya rest sejenak di shelter ini meskipun terasa dingin namun tidak masalah bagiku karena termos yang berisi teh gulamerah setia menemaniku.

Shelter 3 (3.351 Mdpl) ~ Tugu Yuda 3.800 Mdpl ~ Puncak Kerinci 3805 Mdpl
Setelah rest kamipun melanjutkan perjalanan dengan melewati jalur berupa pasir dan batuan cadas, perjalanan menuju puncak disambut oleh angin yang cukup kencang dan suhu yang semakin dingin, sunrise yang begitu indah diantara danau gunung tujuh mulai menyambut kami setelah berjalan sekitar satu setengah jam dan sudah dekat dengan tugu yuda. Melihat pemandangan yang begitu indah rasa lelah ini berganti menjadi semangat berlipat ganda, segera kupacu langkahku untuk segera sampai ke tugu yuda lagi seperti 2 tahun yang lalu dan disana barulah saya rest menikmati udara gunung dan pemandangan yang sungguh indah, Subhanallah tak ada satu perjalananpun tanpa mengingatMu sungguh indah ciptaanMu. Setelah rest di tugu yuda kami lanjut perjalanan menuju puncak kerinci yang sudah nampak di depan mata, melewati medan yang terjal, bebatuan cadas dan hembusan angin yang cukup kencang, langkah demi langkah, setapak demi setapak dan Alhamdulilah tiba di puncak saya segera berlari-lari kecil menuju puncak, Alhamdulilah berhasil menggapai atap sumatera untuk yang kedua kalinya, setelah merenung sejenak saya memandangi sekeliling puncak Subhanallah betapa kecilnya saya dihadapan alam semesta ini, diantara ciptaanMu, Inilah upah dari pendakian yang melelahkan  itu selain lebih mendekatkan diri pada Tuhan, menambah rasa syukur dengan apa yang kita miliki juga menciptakan sensasi kepuasan bathin. 

Sunrise di tugu yuda


Puncak Kerinci yang nampak begitu dekat dari tugu yuda

Rest sejenak di tugu yuda
  Puncak Kerinci yang begitu indah diatapi cakrawala membentang biru, memiliki kawah berbentuk kerucut dimana kawah tersebut berisi air yang berwarna hijau kekuning-kuningan. Darisini kita juga dapat menyaksikan landscap kota jambi, padang, bengkulu, dan danau gunung tujuh, bahkan juga samudera hindia yang membentang indah di kejauhan. Inilah sebuah pengalaman yang tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang. 

Atap Sumatera 3805 Mdpl

Bersama kawanku "Mol" dan Bule Belanda yang ketemu di Shelter 2

Foto Bareng di Puncak Kerinci



Puncak Kerinci

Kami tidak lama di puncak karena bau belerang sudah mulai mengganggu takut kesiangan juga karena masih ada target berikutnya yakni danau gunung tujuh. Seperti biasa turun dari gunung pasti lebih mudah dibanding saat pendakiannya, hal ini juga berlaku untuk gunung kerinci. Turun dari puncak hingga ke gerbang memakan waktu sekitar 5 jam akan tetapi harus ektra hati-hati menuruni gugusan cadas tetap menjadi adegan paling mencekam.  Karena harus masak-masak dan makan siang dulu kami tiba sore di pondok batas aspal terakhir, disini kami lama istirahat dan bercerita sambil menunggu mobil yang akan mengantar kami ke basecamp bang Levi ( Jejak Kerinci ). 

Turun dari Puncak Kerinci

 
Pemandangan Danau Gunung Tujuh yang nampak dari Tugu Yuda

Batu Gantung Kerinci


edisi narsis di Shelter 3
 
Shelter 2 Kerinci

 Basecamp KPA Jejak Kerinci terletak di kersik tuo tidak jauh dari tugu macan, kami tiba pukul 16.30 disana kami disambut oleh teman-teman PA Jejak Kerinci sudah tersedia termos, gula, teh, dan kopi disana dan nampak juga si Yudi bersama Bler yang sudah lebih dulu tiba disana. Setelah ngeteh dan ngobrol bersama mereka, Saya, Molyanti, Amir dan Rangga keluar hendak makan bakso yang tempatnya tepat di depan tugu Macan, Saya masih ada keinginan untuk foto di tugu ini tepat disamping patung macannya, namun karena waktu itu hujan dan saya tidak tahu gimana caranya untuk naik, makanya terpending. Kesempatan itu datang saat Amir dan Rangga juga ke tempat ini, mol yang sudah lapar terpaksa menahan laparnya untuk ikut menyebrang ke tugu macan. Akhirnya saya berada di tugu ini lagi dan dengan bantuan dari rangga dan amir terpenuhi juga keinginanku berada disamping patung macan. Setelah itu kami kembali ke warung, makan bakso kemudian balik ke basecamp mandi lalu istirahat karena besok paginya masih akan melanjutkan perjalanan menuju danau Gunung Tujuh.

Simpang Macan

Demikianlah Kisah perjalananku menggapai atap Sumatera yang kedua kalinya bersama rekanku Molyanti mewakili Srikandi Sulawesi. Terimakasih kepada teman-teman Sekber Kerinci, KPA JeJak Kerinci, dan Astadeca KPA PNJ dan terimakasih khusus buat Rangga, Mela, Bang Melky, Levi, Reke, Bler, Yudi, Amir dan kawan-kawan lainnya yang telah membantu hingga lancarnya perjalanan kami.














  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menggapai Atap Sumatera Part 2

Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia berada pada garis 10A*45,50’ LS dan 10A*160’ BT,   statusnya masih aktif den...

Popular Posts