Hellboy Pointer Bukit Hijau dan Gumpalan Awan Indah Lappa Laona | Simphony Rimbaku
RSS

Bukit Hijau dan Gumpalan Awan Indah Lappa Laona


Lappa Laona namanya sedikit unik, pertama kali lihat dari foto yang diupload teman di Instagram , gambarnya identik dengan gazebo-gazebo pada sebuah hamparan rumput yang luas dan terbuka, melihat itu  saya jadi tertarik bahkan sangat ingin kesana, namun tentu saja sedikit ngerem keinginan,  karena yang saya tahu letaknya di kabupaten Barru, sedang Barru cukup luas, tidak tahu Lappa Laona berada di bagian mana Kabupaten Barru, nyari teman untuk antar kesanapun sulit apalagi tempatnya lumayan jauh dari kotaku (Makassar). Hingga suatu hari saya berencana ke leang-leang, memberanikan diri  untuk pergi mencari lokasi penjemputan  teman-teman yang sedang berada di lapangan, namun yang kupikirkan saat itu jika berangkat  sendiri dan lokasi tak ketemu maka sia-sia perjalanan jauh yang kutempuh, sayapun kepikiran untuk ajak kawan biar jika lokasi tidak ditemukan kami bisa beralih ke tempat lain untuk refreshing karena saat itu kebetulan tanggal merah.

Sayapun coba browsing kembali tentang Lappa Laona dan ternyata letaknya di Dusun Waruwue, Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, terkenal dengan bukitnya yang cantik dengan ketinggian kurang lebih 1000 Mdpl, memiliki berbagai wahana seru, dilengkapi dengan gazebo-gazebo dan juga beberapa spot foto cantik di puncak bukit. Ini membuat saya semakin tertarik untuk kesana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 00.34 malam itu, saya iseng buka hp  untuk whatsApp salah seorang teman, namanya Sam dia adalah seorang backpacker dari Malaysia yang sekarang menetap di Indonesia dan sering mengajak jalan, diluar dugaan dia membalas whatsAppku padahal jam segitu harusnya dia sudah tidur. Dia jawab mau ikut , teman yang satu ini kalau soal jalan-jalan diwaktu libur tak akan dia lewatkan bahkan  malah sangat bersemangat membalas wa pada jam segini. Kamipun berencana berangkat pagi sekitar pukul 05.30 biar perjalanan adem dan dapat udara segar, Hp kusimpan kembali kemudian bergegas untuk tidur , waktu sudah menunjukkan pukul 01.20 saat itu.

Alarm hp berbunyi  menandakan waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 karena  lagi tidak sholat, dengan mata yang masih susah melek kuraih hp itu lalu abaikan alarmnya, kemudian pukul 05.00 alarm berbunyi kembali, kali ini saya berusaha bangun dan hendak bersiap-siap akan tetapi diluarsana hujan sangat deras, dengan rasa malas aku baring kembali sambil nonton, perasaan gelisah membuatku melirik jam dan  waktu menunjukkan pukul 05.40, hujan masih saja deras sampai akhirnya aku tertidur kembali. Hari sudah terang ketika suara kukuruyuk terdengar kembali dari alarm hp, kubuka mata yang masih sepet dan mataku tiba-tiba membelalak, rasa ngantuk jadi hilang ketika kulihat jam, sudah pukul 7.10 pagi, sudah muncul pula pemberitahuan dari facebook , pesan dari Sam pada pukul 06.30 tadi, dia konfirmasi jadi tidaknya berangkat karena didaerahnya juga hujan. Saya membalas chat  lalu bergegas untuk mandi  dan  bersiap-siap. Setelah selesai saya memberi kabar ke Sam lewat chat kalau  sudah hendak jalan,  start dari rumah sekitar pukul 08.30. Hari masih mendung, jalan tol sedikit sepi  karena hari libur dan  motorku bisa sedikit laju hingga tiba dibatas kota tapi Sam tidak Nampak padahal janjiannya disana, meski  terburu-buru saya tetap singgah menelpon dia. Saya bertemu Sam dan kawannya yang bernama Egi di Futry Bakery di jalan poros Maros mereka baru saja selesai sarapan sedangkan aku masih menyempatkan mencomot satu biji dari kue yang baru saja kubeli dari toko tersebut, lumayanlah sebagai sarapan. Pukul 09.15 Kami segera lanjut perjalanan masih dengan target awal yakni Leang-leang, namun pada saat perjalanan menuju kesana saya berubah pikiran dengan banyak pertimbangan akhirnya kami mutar keluar dan  kembali kejalan poros, karena Sam dan Egi setuju kami setting perjalanan untuk ke Barru “Lappa Laona” meskipun diantara kami bertiga belum ada yang pernah kesana. Sudah siap untuk nyasar ? tentu saja tidak, disana nanti kami bisa bertanya dan juga bisa menggunakan google map.

Hujan mulai turun saat perjalanan ke Barru dan kami sedikit laju dengan harapan bisa sampai dengan cepat hingga pada pukul 10.35 kami sampai di Barru dengan kondisi sedikit basah, kami berteduh sejenak karena hujan mulai deras, saya jadi ingat perjalanan tahun kemarin waktu ke Celebes Canyon sayapun sempat berteduh di tempat ini dan bertanya pada warga sekitar jalan menuju kesana. Setelah hujan reda kami kembali melanjutkan perjalanan sampai di kota Barru, dipertengahan jalan hujan kembali deras, saya memikirkan temanku yang dua ini karena mereka tidak memakai  jaket ataupun jas hujan hingga tiba dikota Barru kembali kuputuskan untuk berteduh sejenak karena takut mereka basah kuyup, sambil berteduh saya bertanya pada salah seorang warga disana jalan menuju Lappa Laona dan dia tunjukkan jalannya, katanya darisini belok kanan dan ikuti jalur terus sampai perbatasan Barru Soppeng disana kita harus belok kanan lagi habis itu ikuti jalan setapak sampai ujung, naaah lepas jalan aspal ada jalanan rusak dan sedikit menanjak, setelah tanjakan akan Nampak jalan setapak dan gerbang Lappa Laona disebelah kanan, infonya cukup jelas. Terimakasih dek ucapku sambil kembali bersiap-siap melanjutkan perjalanan karena hujan sudah sedikit reda, sekitar 10 menit perjalanan tiba-tiba hujan deras memaksa kami untuk kembali berteduh seingatku ada pomp bensin yang tidak jauh darisini, sedikit laju diantara derasnya hujan saya menuju pomp bensin yang sudah mulai Nampak dari kejauhan, tiba disana kami berteduh sekalian beristirahat sejenak menantikan hujan reda, mumpung disini saya isi bensin full untuk suatu tempat yang belum diketahui jaraknya, tidak lucu saja kalau masih dijalan tiba-tiba motor mogok apalagi saya bawa motor sendiri.

Setengah jam berlalu begitu saja dan hujan tak kunjung reda kesempatan ini aku manfaatkan untuk bertanya,  masih dengan pertanyaan yang sama yakni jalan menuju lappa laona, “ mbak darisini ke Lappa Laona apa masih jauh? “ mbaknya menjawab, Ooo  iya masih ada sejam lebih lalu dia tambahkan lagi jalan menuju sana jelek katanya. Aku yang mendengar perkataan mbaknya jadi sedikit putus asa terlintas dibenakku apa nantinya Lappa Laona seperti apa yang saya bayangkan ataukah pada saat sampai disana nanti tempatnya biasa saja ? padahal sudah jauh-jauh kesana, tidak-tidak saya harus tetap semangat, saya sudah bawa teman jangan sampai merekapun merasa putus asa seperti aku mengingat perjalanan panjang, apalagi mereka sudah rela hujan-hujanan. Hujan sedikit reda  gass poll segera meninggalkan tempat berteduh kami. Rasanya sudah sejam perjalanan yang diselingi oleh hujan deras ini hingga mereka basah kuyup namun perbatasan  Barru-Soppeng tak kunjung nampak, hingga matahari kembali memancarkan sinarnya sayapun kembali singgah untuk bertanya pada seorang bapak yang sedang sibuk diteras rumahnya,  Meski  tadi sudah dua kali bertanya namun kami yang baru kesana tentu saja masih ada sedikit keraguan, Bapak itupun menjawab kalau perbatasan sudah tidak jauh darisini dan kalian harus belok kanan sebelum perbatasan, sedikit lega, sayapun mengucapkan terimakasih dan kembali melanjutkan perjalanan.

Sampai diperbatasan kami tak singgah lagi meski disini cukup rame karena ada sekelompok anak motoran yang sepertinya mempunyai tujuan sama dengan kami. Melewati jalan aspal yang kadang nanjak kadang menurun, jalan yang juga berkelok-kelok diselingi dengan jalanan rusak dan becek, mungkin disini saya agak santai bawa motor karena berharap tempat yang kami tuju sudah dekat, hingga pada jalur yang menanjak dan sedikit lebar dua motor sudah melambung saya, sayapun mengikuti mereka hingga pada satu tempat yang bercabang mereka singgah dan aku bertanya pada salah satu pengemudi motor “ Mauki ke Lappa Laona juga ?” dan dia menganggukkan kepala seraya membalikkan motornya kemudian belok kanan, seingatku bapak tadi mengarahkan lurus sampai ujung tapi karena kupikir tujuan kami sama dan mungkin mereka tahu jalur lain, saya pun ikut balikkan motor mengikuti mereka, sempat temannya Sam bertanya kok lewat sini, sambil jalan sayapun jawab kita ikut mereka saja karena tujuan kita sama. Jalur yang kami lewati kali ini adalah jalanan rusak, becek, berbatu tajam dan juga berlumpur namun udaranya sangat sejuk dan pemandangan sedikit terbuka ditempat ini, saya terus saja berjalan sampai posisi paling depan, dalam hati bertanya mereka pada kemana? cuma tinggal satu motor yang ada dibelakang saya hingga keraguan muncul, rasanya perjalanan sudah jauh sampai saya dapati seorang kakek yang sedang memegang parang di pinggir jalan, kuputuskan untuk singgah bertanya, alangkah kagetnya ketika kakek itu menjawab saya salah jalan, harusnya pada jalan yang tadi saya lurus dan tidak belok sampai kesini, wadduuhh.. lalu salahsatu pengemudi motor yang tadi dibelakangku ikut bertanya dia Tanya tentang hutan pinus,  tujuan mereka adalah kesana lalu kenapa temannya tadi mengiyakan pertanyaan saya ? Aaakhh sudahlah, mau apalagi kita sudah terlanjur disini cukup jadi pelajaran saja jika sudah meyakini sesuatu jangan ragu lagi dan jangan terpengaruh oleh orang lain.

Tadinya saya berpikir karena sudah terlanjur jauh saya mau ikut mereka ke hutan pinus namun karena merekapun perdana dan masih menunggu teman, saya segera memutar motor untuk keluar kembali meski harus lewati jalanan rusak kembali. Diperjalanan saya melihat 2 motor yang orang-orangnya adalah kawan dari mereka tadi, mereka tidak lanjut karena salah satu dari motor tersebut bannya bocor jadi posisi mereka sedang nunggu, saya singgah sejenak menyampaikan kalau kawannya menunggu didalam lalu kami lanjut perjalanan, darisana kami belok kiri melewati jalan aspal yang kadang nanjak dan kadang menurun dengan melewati beberapa tikungan akhirnya Nampak beberapa rumah penduduk disini saya singgah lagi untuk bertanya pada sekelompok anak muda yang lagi nongkrong pada sebuah bangunan didepan rumahnya, mereka bilang sudah  dekat tinggal ikuti jalan saja. Meski perut sudah mulai keroncongan saya masih bersemangat melanjutkan perjalanan apalagi kata mereka sudah dekat, kembali kustater motornya lalu lanjut jalan dengan laju kemudian kami sampai pada ujung jalan aspal disini mulai pengerasan jalannya berbatu dan menanjak dengan kemiringan kurang lebih 70 derajat perlu kejelian mata melihat jalan yang bisa dilewati karena bebatuannya tajam, saya mengemudi dengan sabar  sangat berhati-hati, biar lambat asal selamat sampai akhirnya tanjakan dan jalanan rusak terlewati lalu mulai Nampak hamparan luas dengan jalan setapak yang sudah lurus, kuikuti jalannya dan nampaklah gerbang bertuliskan “Lappa Laona” disebelah kanan, matahari lagi terik-teriknya ketika kami tiba disini, jaket yang kukenakan dan pakaian Sam dan Egi pun kering di badan.


Tulisan yang membuat hati lega, sampai juga..

Tiba digerbang saya dicegat oleh seorang anak remaja sana, belum juga sempat bertanya anak itu sudah bicara duluan katanya mau masuk? Iya jawabku,  bayarki parkiran dua ribu satu motor katanya, karena tasku didalam jok motor aku melirik ke Sam, dan dia selesaikan bayar parkiran dua motor. Kamipun masuk menikmati udara segar dan pemandangan yang luar biasa, bukit hijau nan indah menyerupai bukit teletubbies, Masya Allah sungguh indah ucapku dalam hati, lalu kami sampai pada hamparan luas dengan bangunan gazebo-gazebo yang  disampingnya ada sumber air berupa telaga banyak orang yang sedang camping dengan mendirikan tenda disekitar tempat ini, akan tetapi kami tidak singgah disini mataku langsung tertuju pada bukit hijau dengan gumpalan awan disana. Alhamdulillah sampai juga, kami parkir motor disekitar sana lalu kulirik jam pada tangan kiriku, sudah pukul 13.50 pantas saja perutku sudah tidak mau kompromi  segera kuraih kantong kresek yang berisi kue dan sebotol minuman seakan tak peduli dengan sekitarku kuenya aku comot lagi sebiji, kutawarkan pada Sam tapi dia menolak karena tadi dia sudah sarapan nasi katanya. Setelah itu kami manfaatkan waktu sebaik mungkin menikmati suguhan pemandangan yang begitu indah tak sia-sia kami jauh-jauh kesini, Lappa Laona lebih indah dari yang saya bayangkan, kamipun mengabadikan moment dibeberapa spot yang ada di tempat ini, termasuk spot foto cantik. Setelah sejam kami disini cuaca kembali mendung dan kabut sudah menutupi pemandangan disela bukit, kami memutuskan untuk pulang dengan membayangkan perjalanan jauh yang akan kami  tempuh kembali.


Gazebo-gazebo dan hamparan hijau Lappa Laona


Pemandangan yang begitu menyejukkan hati


Gumpalan awan pada hamparan luas Lappa Laona


Alhamdulillah bisa juga saya mengendarai motor sampai sini


Latar Bukit Hijau Lappa Laona


Pemandangan indah disekitar kami yang membuat betah


Ekspresi senang setelah tiba di tempat ini












Narsis di batas kota Soppeng



Setelah bersiap-siap tiba-tiba turun hujan segera kususul motor si Egi yang tampak laju dari kejauhan dan hujan kembali reda setelah kami sampai di gerbang, lalu tibalah kami pada jalan rusak berbatu tajam tadi kali ini penurunan saya sedikit trauma pada jalan penurunan seperti ini sampai saya betul-betul pelan dan sangat berhati-hati, kadang motor kumatikan lalu menggunakan kedua kakiku untuk menahan dan berjalan pada jalur ini, saya Cuma sendiri dijalur ini karena Egi dan Sam sudah laju didepan untung saja muncul seorang bapak-bapak sepertinya orang kampung sana, dia mengawal aku terus disepanjang jalan rusak ini setelah melewati jalan ini dan memastikan aman, baru dia laju meninggalkan saya tapi tak lupa kuucapkan terimakasih pada bapak itu, setelah dapat jalan aspal sayapun mulai laju menyusul Egi dan Sam melewati beberapa tikungan sampai mereka nampak dari kejauhan disinilah kami diguyur hujan deras, mereka berdua sudah basah kuyup sebelum memutuskan untuk singgah berteduh pada sebuah warung kecil. Sambil menunggu hujan reda saya sempat minum susu ultra disini, lumayan buat tambah tenaga biar tidak gemetaran karena belum sempat makan siang darisini matahari kembali bersinar dengan terik, kamipun melanjutkan perjalanan sampai dibatas kota hujan deras kembali turun, kami tidak peduli lagi yang terpikir saat itu cuma sampai di rumah dengan selamat lalu mandi, makan dan beristirahat full. Alhamdulillah saya tiba di rumah pada pukul 18.15. Demikianlah suka duka perjalanan saya menuju Bukit Hijau nan Indah Lappa Laona, ini yang pertama saya bawa motor dengan perjalanan lebih dari 4 jam dari rumahku kalau hitung PP berarti 8 jam lebih, berharap kali berikutnya  bisa lebih jauh lagi.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Menggapai Atap Sumatera Part 2

Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia berada pada garis 10A*45,50’ LS dan 10A*160’ BT,   statusnya masih aktif den...

Popular Posts