Lappa Laona namanya sedikit unik, pertama kali lihat dari
foto yang diupload teman di Instagram , gambarnya identik dengan gazebo-gazebo
pada sebuah hamparan rumput yang luas dan terbuka, melihat itu saya jadi tertarik bahkan sangat ingin
kesana, namun tentu saja sedikit ngerem keinginan, karena yang saya tahu letaknya di kabupaten
Barru, sedang Barru cukup luas, tidak tahu Lappa Laona berada di bagian mana
Kabupaten Barru, nyari teman untuk antar kesanapun sulit apalagi tempatnya
lumayan jauh dari kotaku (Makassar). Hingga suatu hari saya berencana ke
leang-leang, memberanikan diri untuk pergi
mencari lokasi penjemputan teman-teman
yang sedang berada di lapangan, namun yang kupikirkan saat itu jika berangkat sendiri dan lokasi tak ketemu maka sia-sia
perjalanan jauh yang kutempuh, sayapun kepikiran untuk ajak kawan biar jika
lokasi tidak ditemukan kami bisa beralih ke tempat lain untuk refreshing karena
saat itu kebetulan tanggal merah.
Sayapun coba browsing kembali tentang Lappa Laona dan ternyata letaknya di Dusun Waruwue, Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, terkenal dengan bukitnya yang cantik dengan ketinggian kurang lebih 1000 Mdpl, memiliki berbagai wahana seru, dilengkapi dengan gazebo-gazebo dan juga beberapa spot foto cantik di puncak bukit. Ini membuat saya semakin tertarik untuk kesana.
Alarm hp berbunyi
menandakan waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 karena
lagi tidak sholat, dengan mata yang masih
susah melek kuraih hp itu lalu abaikan alarmnya, kemudian pukul 05.00 alarm
berbunyi kembali, kali ini saya berusaha bangun dan hendak bersiap-siap akan
tetapi diluarsana hujan sangat deras, dengan rasa malas aku baring kembali
sambil nonton, perasaan gelisah membuatku melirik jam dan
waktu menunjukkan pukul 05.40, hujan masih
saja deras sampai akhirnya aku tertidur kembali. Hari sudah terang ketika suara
kukuruyuk terdengar kembali dari alarm hp, kubuka mata yang masih sepet dan
mataku tiba-tiba membelalak, rasa ngantuk jadi hilang ketika kulihat jam, sudah
pukul 7.10 pagi, sudah muncul pula pemberitahuan dari facebook , pesan dari Sam
pada pukul 06.30 tadi, dia konfirmasi jadi tidaknya berangkat karena
didaerahnya juga hujan. Saya membalas chat
lalu bergegas untuk mandi
dan
bersiap-siap. Setelah selesai saya memberi
kabar ke Sam lewat chat kalau
sudah
hendak jalan,
start dari rumah sekitar
pukul 08.30. Hari masih mendung, jalan tol sedikit sepi
karena hari libur dan
motorku bisa sedikit laju hingga tiba dibatas
kota tapi Sam tidak Nampak padahal janjiannya disana, meski
terburu-buru saya tetap singgah menelpon dia.
Saya bertemu Sam dan kawannya yang bernama Egi di Futry Bakery di jalan poros Maros
mereka baru saja selesai sarapan sedangkan aku masih menyempatkan mencomot satu
biji dari kue yang baru saja kubeli dari toko tersebut, lumayanlah sebagai
sarapan. Pukul 09.15 Kami segera lanjut perjalanan masih dengan target awal
yakni Leang-leang, namun pada saat perjalanan menuju kesana saya berubah
pikiran dengan banyak pertimbangan akhirnya kami mutar keluar dan
kembali kejalan poros, karena Sam dan Egi
setuju kami setting perjalanan untuk ke Barru “Lappa Laona” meskipun diantara
kami bertiga belum ada yang pernah kesana. Sudah siap untuk nyasar ? tentu saja
tidak, disana nanti kami bisa bertanya dan juga bisa menggunakan google map.
Hujan mulai turun saat perjalanan ke Barru dan kami sedikit laju dengan harapan
bisa sampai dengan cepat hingga pada pukul 10.35 kami sampai di Barru dengan
kondisi sedikit basah, kami berteduh sejenak karena hujan mulai deras, saya
jadi ingat perjalanan tahun kemarin waktu ke Celebes Canyon sayapun sempat
berteduh di tempat ini dan bertanya pada warga sekitar jalan menuju kesana.
Setelah hujan reda kami kembali melanjutkan perjalanan sampai di kota
Barru, dipertengahan jalan hujan kembali deras, saya memikirkan temanku yang
dua ini karena mereka tidak memakai
jaket ataupun jas hujan hingga tiba dikota
Barru kembali kuputuskan untuk berteduh sejenak karena takut mereka basah
kuyup, sambil berteduh saya bertanya pada salah seorang warga disana jalan
menuju Lappa Laona dan dia tunjukkan jalannya, katanya darisini belok kanan dan
ikuti jalur terus sampai perbatasan Barru Soppeng disana kita harus belok kanan
lagi habis itu ikuti jalan setapak sampai ujung, naaah lepas jalan aspal ada
jalanan rusak dan sedikit menanjak, setelah tanjakan akan Nampak jalan setapak
dan gerbang Lappa Laona disebelah kanan, infonya cukup jelas. Terimakasih dek
ucapku sambil kembali bersiap-siap melanjutkan perjalanan karena hujan sudah
sedikit reda, sekitar 10 menit perjalanan tiba-tiba hujan deras memaksa kami untuk
kembali berteduh seingatku ada pomp bensin yang tidak jauh darisini, sedikit
laju diantara derasnya hujan saya menuju pomp bensin yang sudah mulai Nampak
dari kejauhan, tiba disana kami berteduh sekalian beristirahat sejenak
menantikan hujan reda, mumpung disini saya isi bensin full untuk suatu tempat
yang belum diketahui jaraknya, tidak lucu saja kalau masih dijalan tiba-tiba
motor mogok apalagi saya bawa motor sendiri.
Setengah jam berlalu begitu saja
dan hujan tak kunjung reda kesempatan ini aku manfaatkan untuk bertanya,
masih dengan pertanyaan yang sama yakni jalan
menuju lappa laona, “ mbak darisini ke Lappa Laona apa masih jauh? “ mbaknya
menjawab, Ooo
iya masih ada sejam lebih lalu dia tambahkan lagi jalan menuju sana jelek katanya. Aku yang mendengar
perkataan mbaknya jadi sedikit putus asa terlintas dibenakku apa nantinya Lappa
Laona seperti apa yang saya bayangkan ataukah pada saat sampai disana nanti
tempatnya biasa saja ? padahal sudah jauh-jauh kesana, tidak-tidak saya harus tetap semangat, saya sudah bawa
teman jangan sampai merekapun merasa putus asa seperti aku mengingat perjalanan
panjang, apalagi mereka sudah rela hujan-hujanan. Hujan sedikit reda
gass poll segera meninggalkan tempat berteduh
kami. Rasanya sudah sejam perjalanan yang diselingi oleh hujan deras ini hingga
mereka basah kuyup namun perbatasan
Barru-Soppeng tak kunjung nampak, hingga matahari kembali memancarkan
sinarnya sayapun kembali singgah untuk bertanya pada seorang bapak yang sedang
sibuk diteras rumahnya,
Meski
tadi sudah dua kali bertanya namun kami yang
baru kesana tentu saja masih ada sedikit keraguan, Bapak itupun menjawab kalau perbatasan sudah tidak jauh darisini dan kalian harus belok kanan sebelum
perbatasan, sedikit lega, sayapun mengucapkan terimakasih dan kembali
melanjutkan perjalanan.
Sampai diperbatasan kami tak singgah lagi meski disini
cukup rame karena ada sekelompok anak motoran yang sepertinya mempunyai tujuan
sama dengan kami. Melewati jalan aspal yang kadang nanjak kadang menurun, jalan
yang juga berkelok-kelok diselingi dengan jalanan rusak dan becek, mungkin disini
saya agak santai bawa motor karena berharap tempat yang kami tuju sudah dekat,
hingga pada jalur yang menanjak dan sedikit lebar dua motor sudah melambung
saya, sayapun mengikuti mereka hingga pada satu tempat yang bercabang mereka
singgah dan aku bertanya pada salah satu pengemudi motor “ Mauki ke Lappa Laona
juga ?” dan dia menganggukkan kepala seraya membalikkan motornya kemudian belok
kanan, seingatku bapak tadi mengarahkan lurus sampai ujung tapi karena kupikir
tujuan kami sama dan mungkin mereka tahu jalur lain, saya pun ikut balikkan
motor mengikuti mereka, sempat temannya Sam bertanya kok lewat sini, sambil
jalan sayapun jawab kita ikut mereka saja karena tujuan kita sama. Jalur yang
kami lewati kali ini adalah jalanan rusak, becek, berbatu tajam dan juga berlumpur
namun udaranya sangat sejuk dan pemandangan sedikit terbuka ditempat ini, saya terus
saja berjalan sampai posisi paling depan, dalam hati bertanya mereka pada
kemana? cuma tinggal satu motor yang ada dibelakang saya hingga keraguan
muncul, rasanya perjalanan sudah jauh sampai saya dapati seorang kakek yang
sedang memegang parang di pinggir jalan, kuputuskan untuk singgah bertanya, alangkah
kagetnya ketika kakek itu menjawab saya salah jalan, harusnya pada jalan yang
tadi saya lurus dan tidak belok sampai kesini, wadduuhh.. lalu salahsatu
pengemudi motor yang tadi dibelakangku ikut bertanya dia Tanya tentang hutan pinus,
tujuan mereka adalah kesana lalu kenapa
temannya tadi mengiyakan pertanyaan saya ? Aaakhh sudahlah, mau apalagi kita
sudah terlanjur disini cukup jadi pelajaran saja jika sudah meyakini sesuatu
jangan ragu lagi dan jangan terpengaruh oleh orang lain.
Tadinya saya berpikir
karena sudah terlanjur jauh saya mau ikut mereka ke hutan pinus namun karena
merekapun perdana dan masih menunggu teman, saya segera memutar motor untuk
keluar kembali meski harus lewati jalanan rusak kembali. Diperjalanan saya
melihat 2 motor yang orang-orangnya adalah kawan dari mereka tadi, mereka tidak
lanjut karena salah satu dari motor tersebut bannya bocor jadi posisi mereka
sedang nunggu, saya singgah sejenak menyampaikan kalau kawannya menunggu
didalam lalu kami lanjut perjalanan, darisana kami belok kiri melewati jalan
aspal yang kadang nanjak dan kadang menurun dengan melewati beberapa tikungan
akhirnya Nampak beberapa rumah penduduk disini saya singgah lagi untuk bertanya
pada sekelompok anak muda yang lagi nongkrong pada sebuah bangunan didepan
rumahnya, mereka bilang sudah
dekat
tinggal ikuti jalan saja. Meski perut sudah mulai keroncongan saya masih
bersemangat melanjutkan perjalanan apalagi kata mereka sudah dekat, kembali
kustater motornya lalu lanjut jalan dengan laju kemudian kami sampai pada ujung
jalan aspal disini mulai pengerasan jalannya berbatu dan menanjak dengan
kemiringan kurang lebih 70 derajat perlu kejelian mata melihat jalan yang bisa
dilewati karena bebatuannya tajam, saya mengemudi dengan sabar
sangat berhati-hati, biar lambat asal selamat
sampai akhirnya tanjakan dan jalanan rusak terlewati lalu mulai Nampak hamparan
luas dengan jalan setapak yang sudah lurus, kuikuti jalannya dan nampaklah
gerbang bertuliskan “Lappa Laona” disebelah kanan, matahari lagi terik-teriknya
ketika kami tiba disini, jaket yang kukenakan dan pakaian Sam dan Egi pun
kering di badan.
|
Tulisan yang membuat hati lega, sampai juga.. |
Tiba digerbang saya dicegat oleh seorang anak remaja sana,
belum juga sempat bertanya anak itu sudah bicara duluan katanya mau masuk? Iya
jawabku,
bayarki parkiran dua ribu satu
motor katanya, karena tasku didalam jok motor aku melirik ke Sam, dan dia
selesaikan bayar parkiran dua motor. Kamipun masuk menikmati udara segar dan
pemandangan yang luar biasa, bukit hijau nan indah menyerupai bukit
teletubbies, Masya Allah sungguh indah ucapku dalam hati, lalu kami sampai pada
hamparan luas dengan bangunan gazebo-gazebo yang
disampingnya ada sumber air berupa telaga banyak
orang yang sedang camping dengan mendirikan tenda disekitar tempat ini, akan
tetapi kami tidak singgah disini mataku langsung tertuju pada bukit hijau
dengan gumpalan awan disana. Alhamdulillah sampai juga, kami parkir motor
disekitar sana lalu kulirik jam pada tangan kiriku, sudah pukul 13.50 pantas
saja perutku sudah tidak mau kompromi
segera kuraih kantong kresek yang berisi kue
dan sebotol minuman seakan tak peduli dengan sekitarku kuenya aku comot lagi
sebiji, kutawarkan pada Sam tapi dia menolak karena tadi dia sudah sarapan nasi
katanya. Setelah itu kami manfaatkan waktu sebaik mungkin menikmati suguhan
pemandangan yang begitu indah tak sia-sia kami jauh-jauh kesini, Lappa Laona
lebih indah dari yang saya bayangkan, kamipun mengabadikan moment dibeberapa
spot yang ada di tempat ini, termasuk spot foto cantik. Setelah sejam kami
disini cuaca kembali mendung dan kabut sudah menutupi pemandangan disela bukit,
kami memutuskan untuk pulang dengan membayangkan perjalanan jauh yang akan
kami
tempuh kembali.
|
Gazebo-gazebo dan hamparan hijau Lappa Laona |
|
Pemandangan yang begitu menyejukkan hati |
|
Gumpalan awan pada hamparan luas Lappa Laona |
|
Alhamdulillah bisa juga saya mengendarai motor sampai sini |
|
Latar Bukit Hijau Lappa Laona |
|
Pemandangan indah disekitar kami yang membuat betah |
|
Ekspresi senang setelah tiba di tempat ini |
|
Narsis di batas kota Soppeng |
Setelah bersiap-siap
tiba-tiba turun hujan segera kususul motor si Egi yang tampak laju dari
kejauhan dan hujan kembali reda setelah kami sampai di gerbang, lalu tibalah
kami pada jalan rusak berbatu tajam tadi kali ini penurunan saya sedikit trauma
pada jalan penurunan seperti ini sampai saya betul-betul pelan dan sangat
berhati-hati, kadang motor kumatikan lalu menggunakan kedua kakiku untuk
menahan dan berjalan pada jalur ini, saya Cuma sendiri dijalur ini karena Egi
dan Sam sudah laju didepan untung saja muncul seorang bapak-bapak sepertinya
orang kampung sana, dia mengawal aku terus disepanjang jalan rusak ini setelah
melewati jalan ini dan memastikan aman, baru dia laju meninggalkan saya tapi
tak lupa kuucapkan terimakasih pada bapak itu, setelah dapat jalan aspal
sayapun mulai laju menyusul Egi dan Sam melewati beberapa tikungan sampai
mereka nampak dari kejauhan disinilah kami diguyur hujan deras, mereka berdua
sudah basah kuyup sebelum memutuskan untuk singgah berteduh pada sebuah warung
kecil. Sambil menunggu hujan reda saya sempat minum susu ultra disini, lumayan
buat tambah tenaga biar tidak gemetaran karena belum sempat makan siang
darisini matahari kembali bersinar dengan terik, kamipun melanjutkan perjalanan
sampai dibatas kota hujan deras kembali turun, kami tidak peduli lagi yang
terpikir saat itu cuma sampai di rumah dengan selamat lalu mandi, makan dan
beristirahat full. Alhamdulillah saya tiba di rumah pada pukul 18.15.
Demikianlah suka duka perjalanan saya menuju Bukit Hijau nan Indah Lappa Laona,
ini yang pertama saya bawa motor dengan perjalanan lebih dari 4 jam dari
rumahku kalau hitung PP berarti 8 jam lebih, berharap kali berikutnya
bisa lebih jauh lagi.
0 komentar:
Posting Komentar